MAKASSAR - Pesona alam Sulawesi Selatan (Sulsel) luar biasa. Potensi ini harusnya bisa dimanfaatkan untuk memajukan daerah demi meningkatkan perekonomian wilayah.
Karenanya, pengembangan potensi wisata harus terus dilakukan. Bila sektor ini bergerak maka aspek perekonomian terdongkrak. Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah mengingatkan kepala daerah di Sulsel yang baru saja dilantik juga diharapkan mengambil peran tersebut.
"Insyaallah Sulsel akan menjadi salah satu destinasi wisata unggulan Indonesia. Mudah-mudahan kami bersama bupati dan wali kota yang baru saja dilantik, saya yakin memiliki semangat yang sama dengan kita untuk memoles seluruh potensi wisata kita sehingga bisa menjadi destinasi pariwisata," kata Nurdin Abdullah dalam program Forum Group Discussion (FGD) dengan tema Pengelolaan Potensi Alam dan Wisata Sulsel, Jumat 26 Februari.
Selain Gubernur Sulsel, hadir juga sebagai pembicara, Sandiaga Salahuddin Uno (Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif); Mohamad Nurdin Subandi (Kepala OJK Regional Sulawesi, Maluku, dan Papua).
Kemudian Budi Hanoto (Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan); Ary A. Setiawan (Senior Vice President PT. Summarecon Agung Tbk dan Adi Satria (Senior Vice President Operations and Gov Relation, Accor Indonesia & Malaysia).
Prof NA, sapaan Nurdin Abdullah menuturkan, Sulsel dikaruniai Tuhan dengan alam yang sangat indah. Dari 24 kabupaten/kota, semuanya memiliki potensi wisata, namun perlu dipoles lagi.
"Saya melihat pulau-pulau yang begitu indah, terumbu karang yang begitu luas, apalagi seperti di Takabonerate luar biasa, punya atol terumbu karang terbesar ketiga dunia," ungkapnya.
Pemprov Sulsel terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan potensi pariwisata dengan menumbuhkan pusat ekonomi baru, meningkatkan konektivitas dengan pembangunan infrastruktur untuk mendukung aksesibilitas menuju destinasi wisata unggulan daerah.
Nurdin menyebutkan, Tana Toraja adalah salah satu destinasi favorite yang sangat khas di Sulsel, baik bagi wisatawan lokal maupun internasional. Tetapi, karena infrastruktur yang kurang memadai, seperti jalan rusak yang berdebu, membuat potensi wisata yang ada belum dapat disajikan secara maksimal.
Target sasaran pemerintah, agar ada kunjungan berulang dan endorsement dari para wisatawan yang datang ke spot-spot wisata di Sulsel termasuk Toraja. Maka dari itu, upaya untuk memberikan pelayanan yang maksimal serta fasilitas yang mendukung.
“Salah satu upaya untuk mengembangkan potensi pariwisata yaitu membangun konektivitas wilayah. Pada tahun 2020 telah dirampungkan Bandara Buntu Kunik di Tana Toraja. "Sehingga wisatawan yang ingin ke Toraja cukup naik pesawat 45 menit saja," imbuhnya.
Selain itu, pemerintah juga mengalokasikan anggaran bagi sejumlah proyek strategis prasarana infrastruktur di kawasan Toraja. Melalui dukungan ketersediaan prasarana dan penunjang konektivitas ini, pihaknya ingin mewujudkan Kawasan Toraja yang bebas debu dan ramah turis.
Pemandian Air Panas Lejja, Soppeng, potensi pariwisata lainnya yang sedang dikembangkan adalah konsep wisata sehat dengan membuat Pemandian Air Panas Lejja atau Hot Spring. Wisata Sehat ini adalah program yang dikerjasamakan dengan pihak Pemerintah Jepang melalui program sister province.
Pendukung lainnya dilakukan dengan membangun jalan pintas penghubung antara kabupaten Soppeng dan Barru. Jalur ini melewati daerah Lejja, Soppeng, menuju Nepo, Kabupaten Barru, sehingga akses ke Lejja bisa lebih cepat.
Tanjung Bira masuk dalam kawasan pariwisata bahari yang sangat menarik. Sama dengan beberapa spot wisata lainnya, jarak Tanjung Bira dari pusat Kota Makassar juga lumayan jauh karena memakan sekitar 5-6 jam melalui jalur darat.
Karena itu, direncanakan pembangunan jalan tol yang bisa menghubungkan Makassar dengan Bulukumba, juga membangun bandara di Bira. Dengan begitu, wisatawan punya lebih banyak opsi.
Pemprov Sulsel juga bersinergi bersama Pemerintah Kabupaten Bulukumba untuk mempercepat pembangunan infrastruktur, dalam hal ini pembenahan dan penataan Obyek Wisata Bira seperti Kawasan Titik Nol.
Sedangkan di Kabupaten Selayar terkenal dengan Taman Nasional Takabonerate yang menjadi salah satu destinasi wisata unggulan. Kawasan ini adalah taman laut yang mempunyai kawasan atol atau gugusan terumbu karang terbesar ketiga di dunia.
Pemprov Sulsel juga berupaya mengembangkan potensi pariwisata yang ada, dengan mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata di Kepulauan Selayar, dengan menyiapkan berbagai kebutuhan wisata, infrastruktur, hingga konektivitas.
"KEK Pariwisata ini tidak hanya berpusat pada potensi alam pariwisatanya saja, tapi juga agrowisatanya seperti jeruk Keprok yang ingin kami kembalikan kejayaannya. Jeruk ini sering kita sebut dengan lemo china, luar biasa jika kita bisa kembalikan kejayaannya," harapnya.
Pemerintah juga mencanangkan pembangunan pelabuhan penyeberangan Bira dan Pelabuhan Pattumbukang Selayar, sehingga bagi para wisatawan terdapat banyak opsi baik lewat udara direct Makassar, maupun lewat laut direct Bira Bulukumba tujuan Selayar.
Sedangkan terkait aksesibilitas menuju wisata ke Danau Matano dan Towuti juga disampaikan.
"Saya kira ini juga satu-satunya danau yang termasuk danau purba yang terdalam di Asia Tenggara, kurang lebih 600 meter kedalaman dengan luas 16 ribu hektar," terangnya.
Danau ini memiliki airnya jernih dan masuk dalam kategori danau purba yang dihuni fauna endemik. Uniknya, hewan endemik ini tidak ada di danau-danau lain di Indonesia.
Agar danau ini bisa menjadi pusat kunjungan, maka infrastruktur dan konektivitasnya harus dikembangkan. Satu-satunya cara untuk mengatasi persoalan jarak tempuh itu adalah harus ada rute penerbangan dan Bandar Udara untuk umum.
Selama ini, akses dari Makassar menuju Sorowako melalui udara kira-kira 45 menit dan melalui darat sekitar 10-11 jam.
Akses melalui udara juga masih terkendala, karena Bandara di Sorowako adalah bandara khusus milik PT.Vale.
"Kami juga dalam proses negosiasi dalam rangka mendorong potensi wisata di Luwu Raya, kami meminta PT Vale agar bandara yang ada di sana bisa diserahkan ke Pemprov untuk mengelola, sehingga nanti tidak lagi hanya digunakan pesawat Vale tetapi pesawat reguler juga bisa mendarat di sana. Saya yakin dalam waktu beberapa bulan bandara ini akan diserahkan," jelasnya.
BACA JUGA:
Prof NA percaya Sulsel dapat menjadikan pariwisata sebagai leading sektor yang mampu mendorong perkembangan industri-industri lainnya. Maka dari itu, dalam upaya pengembangan kawasan pariwisata, sedang membangun konektivitas sehingga terbangun kawasan pariwisata yang terintegrasi dan menghadirkan lebih banyak fasilitas pendukung.
Nurdin menjelaskan, kondisi pariwisata Sulsel juga tertinggal jauh dibandingkan sebelum pandemi. Jumlah wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia jumlahnya 16 juta, tetapi yang masuk ke Sulsel hanya 17 ribu pengunjung.
"Ini yang perlu dikoreksi apa yang menjadi hambatan, wisatawan manca negara ke Sulsel masih sangat kecil," kata Nurdin.
Kuncinya, menurut Nurdin, butuh keseriusan menangani infrastruktur dan konektivitas serta SDM kepariwisataan, juga diharapkan pihak swasta juga mengambil peran.
"Kami meyakini, insyaallah dua hingga tiga tahun ke depan, Sulsel kita persiapkan menjadi wisata unggulan, baik wisata alam, budaya, bahari. Karena 319 pulau yang kita miliki, yang berpenghuni itu di atas 50 persen. Jadi opportunity untuk mengembangkan wisata bahari masih sangat besar," pungkasnya.