Korban Terbesar Sejak Kudeta, 1.562 Tentara Rezim Militer Myanmar Tewas Sebulan Terakhir
Ilustrasi militer Myanmar. (Wikimedia Commons/Mil.ru)

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) Sipil menyebut lebih dari 1.500 tentara rezim militer Myanmar tewas dalam kurun waktu sebulan terakhir, setelah pertempuran meningkat sejak pernyataan perang pada 7 September lalu.

Kementerian Dalam Negeri dan Imigrasi NUG melaporkan, 1.562 tentara tewas dan 552 terluka, lebih dari dua kali lipat korban tewas Agustus, dalam serangan oleh kelompok etnis bersenjata dan pejuang perlawanan sipil antara 7 September dan 6 Oktober.

Kementerian sipil menyatakan, dalam kurun waktu tersebut ada 953 serangan dilakukan terhadap sasaran militer dan administratif dan bisnis milik militer.

Mengutip The Irrawaddy 8 Oktober, Yangon melaporkan jumlah ledakan tertinggi dengan 178, diikuti oleh Mandalay dengan 81.

Wilayah Sagaing menduduki puncak daftar untuk bentrokan kekerasan dengan 81, diikuti oleh Wilayah Magwe, Negara Bagian Kachin dan Negara Bagian Kayah dengan masing-masing 32, 30 dan 22 bentrokan, menurut laporan itu.

Sejak akhir Maret, orang-orang telah mengambil senjata, termasuk ketapel, senapan angin buatan sendiri dan senjata api, untuk melawan junta dalam menanggapi pembunuhan damai, pengunjuk rasa anti-rezim di seluruh negeri.

Pasukan perlawanan meningkatkan operasi melawan rezim setelah NUG menyatakan perang melawan rezim pada 7 September.

Juru bicara rezim militer Myanmar, Mayor Jenderal Zaw Min Tun, mengakui bahwa serangan terhadap personel junta meningkat di Yangon dan Mandalay setelah pengumuman NUG.

Pada 3 Oktober, sekitar 100 tentara junta tewas dalam 37 serangan, termasuk baku tembak dengan pasukan junta, penyergapan terhadap konvoi militer dan serangan terhadap pos-pos keamanan dan bisnis milik militer.

"Pada bulan Juni dan Juli, sekitar 1.130 tentara tewas dan pada Bulan Agustus, sekitar 580 tentara tewas," menurut NUG.

Pasukan militer Myanmar juga telah meningkatkan inspeksi, penangkapan, penggerebekan dan kekerasan, termasuk membakar dan membombardir daerah pemukiman, terutama di benteng-benteng perlawanan di wilayah Sagaing dan Magwe serta negara bagian Chin dan Kayah.

Untuk diketahui, data Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), yang memantau penangkapan dan pembunuhan oleh pasukan junta Myanmar, setidaknya 1.160 orang telah tewas dan lebih dari 8.800 ditangkap sejak kudeta.

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.