Bagikan:

JAKARTA - Sedikitnya 740 pasukan rezim militer Myanmar tewas dan 355 lainnya luka-luka, dalam bentrokan bersenjata dengan pejuang perlawanan sipil sepanjang Juli lalu, menurut laporan Pemerintah Persatuan Nasional (NUG).

Sementara, berdasarkan laporan media, NUG menyebut hampir 200 warga sipil tewas dan 47 terluka oleh militer dalam pertempuran selama bulan tersebut, seperti mengutip The Irrawaddy, Rabu 11 Agustus.

NUG menerangkan, pejuang perlawanan sipil menggunakan senapan angin, senjata api rakitan dan bom di seluruh negeri, kecuali di Negara Bagian Rakhine. Negara bagian itu melaporkan hanya satu ledakan dan serangan terhadap seorang informan junta pada bulan Juli.

"Sepanjang Juli lalu, pasukan junta menghadapi 60 pertempuran dengan angkatan bersenjata etnis dan 62 baku tembak dengan Pasukan Pertahanan Rakyat sipil," ungkap NUG.

Lebih jauh NUG memaparkan, rezim militer Myanmar menderita kerugian terberat di Wilayah Sagaing dengan 36 baku tembak dengan pasukan perlawanan sipil, tiga baku tembak dengan angkatan bersenjata etnis dan 36 pembunuhan pasukan.

"Sementara, pasukan rezim militer melakukan 23 tindakan kekerasan, termasuk pembantaian, di wilayah tersebut," sebut NUG.

Dalam laporan yang sama NUG memperkirakan 417 tentara junta tewas dan 270 terluka di Wilayah Sagaing. Sementara, 128 masyarakat sipil tewas dan enam terluka di wilayah tersebut.

"Semntara di Kotapraja Kani di wilayah tersebut, sekitar 40 warga sipil, termasuk seorang anak, tewas dalam serangkaian pembantaian junta selama operasi militer melawan perlawanan sipil," lanjut laporan tersebut.

NUG dalam laporan tersebut juga menyebut, Wilayah Mandalay mengalami kekerasan terbesar kedua dengan 44 kasus sepanjang Juli lalu. Laporan tersebut juga berisi 12 ledakan, 18 serangan terhadap pasukan junta dan tiga baku tembak, termasuk dua dengan Pasukan Pertahanan Rakyat. Selama konflik tersebut, tiga tentara dan 14 warga sipil tewas dan 17 terluka.

Hingga Senin kemarin, lebih dari 960 tewas akibat tindakan keras, penggerebekan, penangkapan dan penembakan acak oleh rezim militer Myanmar, menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) sejak kudeta 1 Februari.

Sementara, lebih dari 7.000 orang, termasuk pemimpin pemerintahan terpilih, anggota Liga Nasional untuk Demokrasi, pengunjuk rasa, aktivis, jurnalis, penulis dan seniman, juga telah ditahan oleh junta.

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.