1.046 Warga Sipil Tewas di Tangan Rezim Militer Myanmar, NUG Serukan Bantuan Masyarakat Internasional
Ilustrasi bentrokan pengunjuk rasa anti-kudeta dengan pasukan rezim militer Myanmar. (Wikimedia Commons/Maung Sun)

Bagikan:

JAKARTA - Sekitar 580 tentara junta tewas dan hampir 190 terluka dalam 443 baku tembak dan pembunuhan dengan kelompok etnis bersenjata dan pejuang perlawanan sipil pada Agustus, menurut Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) paralel Myanmar.

Berdasarkan laporan media, pemerintan bayangan Myanmar mengatakan hampir 73 warga sipil tewas dan 45 lainnya terluka oleh pasukan junta selama 129 tindakan kekerasan oleh rezim.

Rezim militer Myanmar telah menghadapi perlawanan bersenjata dari orang-orang yang menggunakan senapan angin, senjata api rakitan dan bom di seluruh negeri, kecuali di Negara Bagian Rakhine. Negara melaporkan tidak ada perlawanan dan hanya satu kematian warga sipil pada bulan Agustus.

Sepanjang Bulan Agustus, pasukan rezim menghadapi 81 baku tembak dengan angkatan bersenjata etnis dan 57 dengan Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF) sipil. Pasukan Junta juga menghadapi 74 pembunuhan, 94 ledakan dan delapan baku tembak.

Rezim menderita kerugian terberat di Wilayah Sagaing dengan 33 insiden dengan perlawanan sipil, dua baku tembak dengan angkatan bersenjata etnis, 22 pembunuhan dan 11 ledakan. Sebagai balasan, pasukan rezim dilaporkan melakukan 38 tindakan kekerasan terhadap warga sipil di wilayah tersebut.

Diperkirakan 222 tentara junta tewas dan 59 terluka sementara 37 warga sipil tewas dan delapan terluka oleh pasukan junta pada Agustus di wilayah tersebut. Sementara pada Bulan Juli, 417 tentara junta tewas dan 270 terluka di wilayah tersebut.

Lebih jauh NUG menjelaskan, Wilayah Yangon melaporkan jumlah kekerasan terbesar kedua dengan 64 kasus pada Agustus. Laporan tersebut menyebut 37 ledakan dan 14 pembunuhan oleh PDF dan 11 tindakan kekerasan junta terhadap warga sipil.

"Tujuh tentara junta dan 11 warga sipil tewas," sebut NUG mengutip The Irrawaddy 7 September.

Hingga Sabtu pekan lalu, 1.046 warga sipil tewas sejak kudeta militer 1 Februari menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP). Sementara, 7.876 orang lainnya, termasuk para pemimpin pemerintahan terpilih, telah ditahan oleh junta atau menghadapi surat perintah penangkapan. Sekitar 6.230 orang masih ditahan, termasuk Penasihat Negara terguling Aung San Suu Kyi dan Presiden U Win Myint.

Untuk diketahui, Hari Minggu lalu, NUG meminta masyarakat internasional untuk membantu menghentikan kejahatan junta terhadap warga sipil yang tidak bersalah. NUG meminta agar masyarakat internasional bekerja secara efektif untuk menghentikan operasi militer “sesegera mungkin, untuk mengakhiri penindasan dan penyiksaan terhadap warga sipil yang tidak bersalah, untuk mengakhiri kudeta dan meminta pertanggungjawaban (rezim) atas kejahatan yang dilakukannya.

"Pelanggaran hak asasi manusia oleh militer terus berlanjut dan pelanggaran ini tidak boleh dilupakan, meskipun kami memahami bahwa utusan khusus ASEAN ingin memberikan bantuan kemanusiaan dengan cepat dan efektif," tukas Menteri Hak Asasi Manusia NUG U Aung Myo Min, merujuk pada penggerebekan, penangkapan dan penyerangan yang sedang berlangsung oleh rezim terhadap pengunjuk rasa anti-kudeta.

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.