Bagikan:

JAKARTA - Aksi represif polisi dan militer Myanmar kembali meminta korban jiwa. Sejumlah pengunjuk rasa dikabarkan tewas dan terluka, dalam unjuk rasa antikudeta militer Myanmar, Senin 15 Maret kemarin.

Higga hari ke-43 sejak kudeta, sebanyak 183 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka. Sementara, menurut data Menurut Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik (AAPP), sedikitnya 2.156 orang telah ditahan, didakwa atau dijatuhi hukuman hingga 14 Maret, hanya 319 tahanan yang dibebaskan, melansir The Irrawaddy.

Pada Senin kemarin, 15 pengunjuk rasa tewas ditembak dan puluhan lainnya luka-luka akibat aksi represif aparat keamanan rezim militer Myanmar, saat menghadapi unjuk rasa di berbagai kota.

Sedikitnya tiga orang ditembak mati dan beberapa orang terluka dalam serangan oleh polisi dan tentara terhadap protes anti-rezim, pada Senin sore di Kotapraja Hlaing Thar Yar, Yangon, di mana sekitar 37 orang kehilangan nyawa pada hari Minggu. 

Kemudian, tiga pengunjuk rasa, termasuk seorang wanita, ditembak mati selama serangan polisi terhadap demonstrasi anti-rezim di Myingyan di Wilayah Mandalay pada Hari Senin. Beberapa orang terluka.Sementara itu, dua lainnya ditembak mati selama protes anti-rezim di kota terbesar kedua negara itu, Mandalay.

Terpisah, tujuh pengunjuk rasa antikudeta militer lainnya tewas ditembak oleh pasukan keamanan di kota Aunglan di Wilayah Magwe, Gyobingauk di Wilayah Bago, Bago, Monywa di Wilayah Sagaing, dan Thabeikkyin di Wilayah Mandalay pada juga pada Senin kemarin.

Di tengah penumpasan mematikan yang semakin intensif, ratusan ribu orang di seluruh Myanmar turun ke jalan setiap hari untuk memprotes rezim militer. Tak hanya siang hari, unjuk rasa juga dilakukan malam hari, mulai pukul 7 hingga pukul 9 malam setiap harinya.

Sementara itu, jumlah korban tewas dalam hari paling berdarah sepanjang kudeta militer Myanmar, Minggu 14 Maret tercatat mencapai 73 orang. Korban paling banyak berada di Kotapraja Hlaing Thar Yar, Yangon, di mana sekitar 37 tewas,

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.