Rezim Militer Makin Represif, Warga Tolak Pemakaman Polisi Myanmar
Ilustrasi polisi Myanmar. (Twitter/@SellieSwan)

Bagikan:

JAKARTA - Warga dan organisasi layanan pemakaman gratis berbasis komunitas di Region Bago, menolak untuk membantu pemakaman seorang kapten polisi Myanmar yang tewas dalam aksi represif rezim militer Myanmar terhadap pengunjuk rasa antikudeta 1 Februari.

"Polisi meminta beberapa layanan pemakaman untuk membantu pemakaman, tetapi mereka semua menolak permintaan tersebut," kata seorang warga Bago, melansir The Irrawaddy.

Warga lain yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan, pemakaman Kapten Polisi yang diketahui bernama Kyaw Naing Oo diadakan di pemakaman Sinpyukwin pada Selasa lalu.

Pemakaman dilakukan di bawah penjagaan aparat polisi Myanmar. Mereka juga menggunakan jalan pintas Bago, bukan Jalan Pagoda Shwethalyaung yang biasanya digunakan untuk pemakaman.

"Mereka tidak menggunakan jalan biasa menuju pemakaman, menunjukkan bahwa mereka mencurigai publik. Ada masalah di antara mereka dan orang-orang yang tidak bisa dilihat," kata penduduk.

Kantor Polisi Bago menyebut, Kapten Kyaw Naing Oo yang berusia 37 tahun meninggal akibat luka tusuk saat membubarkan aksi unjuk rasa menolak rezim militer Myanmar. 

Selain di Bago, dua anggota polisi tewas dan seorang lainnya luka-luka serius, saat tiga anggota polisi yang tengah berkendara diserang oleh warga yang usai berunjuk rasa, di dekat desa Boke Htan Taw saat mereka dalam perjalanan ke Kota Depayin, Myanmar.

Dua orang polisi tewas di tempat, sementara seorang polisi lagi yang diketahui berpangkat kapten mengalami luka-luka serius. Ia di rumah sakit militer, kata surat kabar milik negara.

Perlawanan dari warga terhadap rezim militer Myanmar terus meningkat, sebagai jawaban atas aksi represif aparat keamanan terhadap pengunjuk rasa antikudeta militer Myanmar. 

Warga tidak takut, meski jumlah korban tewas dan yang ditahan terus bertambah setiap harinya. Hingga Jumat siang, sekitar 232 orang telah tewas dan 2.258 lainnya ditahan, ditangkap, didakwa atau dijatuhi hukuman, akibat unjuk rasa antikudeta rezim militer Myanmar, menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), seperti melansir Reuters.

Sementara, di wilayah perbatasan, rezim militer Myanmar juga mulai sering terlibat kontak senjata dengan etnis bersenjata yang menguasai wilayah perbatasan Myanmar. Seperti di wilayah Kachin State yang berbatasan dengan China dan Karen National Union (KNU) yang berbatasan dengan Thailand. 

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.