JAKARTA - Produsen pakaian kenamaan asal Italia, OVS, mengumumkan akan tetap mempertahankan kehadirannya di Myanmar, meski terbatas. Namun, akan menghentikan bisnis dengan pemasok Myanmar. Pengumuman ini disampaikan pada Hari Senin kemarin.
Penghentian kerja sama bisnis ini dilakukan, lantaran pemasok yang bertindak dengan cara diskriminatif terhadap pekerja yang terlibat dalam aksi menentang kudeta rezim militer Myanmar.
"Mengingat ukuran produksi yang sederhana saat ini (di Myanmar), OVS dapat dengan mudah meninggalkan negara itu. Namun kami akan tetap hadir, tapi terbatas, melansir Reuters.
Perusahaan pakaian asal Italia ini tidak mengatakan berapa banyak bisnis yang dimilikinya dengan pemasok di Myanmar.
"(OVS) akan menangguhkan aktivitas apa pun dengan pemasok yang mendiskriminasi pekerja yang terlibat dalam unjuk rasa," tambah pernyataan tersebut.
Myanmar dikenal secara global karena benang, kain dan produk tekstilnya. Industri garmen merupakan sumber utama pekerjaan di Negeri Seribu Pagoda tersebut.
OVS mengatakan, pihaknya mengutuk pelanggaran hak asasi manusia di Myanmar dan akan memantau situasi di negara itu, di mana kekerasan meningkat setelah penggulingan Pemerintahan Win Myint dan Aung San Suu Kyi dalam kudeta rezim militer Myanmar pada 1 Februari lalu.
Sebelumnya, H&M Swedia, peritel pakai terbesar kedua di dunia, dan Benetton Italia minggu lalu mengumumkan penangguhan langsung pesanan baru dari Myanmar.
BACA JUGA:
Hingga Senin 15 Maret, korban tewas akibat unjuk rasa antikudeta militer Myanmar telah mencapai 183 orang, ratusan orang luka-luka dan 2.156 orang lainnya ditahan.
Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.