Sukses Beli Sukhoi SU-30, Militer Myanmar Mau Beli Pantsir-S1 sampai Drone dari Rusia
Pantsir-S1 buatan Rusia yang ingin dibeli militer Myanmar. (Wikimedia Commons/Jovo Mamula)

Bagikan:

JAKARTA - Rezim militer Myanmar mengirim delegasi militer tingkat tinggi ke Moskow, Rusia pekan ini. Tak tanggung-tanggung, delegasi ini dipimpin langsung oleh Panglima Angkatan Udara Jenderal Maung Maung Kyaw, didampingi sejumlah perwira tinggi militer lainnya. 

Sejumlah sumber bisnis di Yangon dan Naypyitaw menyebut, turut bergabung dalam delegasi ini adalah U Tay Za, taipan Myanmar sekaligus makelar senjata U Tay Za yang terkena sanksi dari Amerika Serikat.

"Anggota delegasi akan berdiskusi dengan rekan-rekan Rusia mereka, tentang 20 megaproyek, termasuk pengadaan senjata dan perangkat keras militer," sebut sumber di Myanmar seperti melansir The Irrawaddy Kamis 20 Mei.

Rusia merupakan pemasok senjata terbesar kedua untuk Myanmar setelah China. Sukses membeli enam jet tempur canggih Sukhoi SU-30 pada tahun 2019 dan kini tengah menunggu pengiriman. Myanmar tertarik membeli sejumlah peralatan militer lainnya dari Rusia.

alexander formin
Pemimpin rezim militer Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing bersama Wakil Menteri Pertahanan Rusia Kolonel Jenderal Alexander Vasilyevich Fomin. (Sumber: gnlm.com.mm)

Januari 2021, Myanmar dan Rusia menandatangani kontrak untuk pembelian sistem pertahanan udara Rusia dan serangkaian drone pengintai. Melansir The Moscow Times, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu setuju memasok sejumlah persenjataan untuk Myanmar, saat berkunjung ke Naypyidaw Januari lalu.

Dalam kunjungan yang dipimpin langsung Shoigu seminggu sebelum kudeta rezim militer Myanmar pada 1 Februari lalu ini, Rusia setuju memasok sistem rudal permukaan ke udara Pantsir-S1, drone pengintai Orlan-10E hingga radar. 

Pada Februari lalu, data bea cukai Rusia yang dilihat The Moscow Times menyebut rezim militer Myanmar mengimpor radar senilai 14,7 juta dolar Amerika Serikat (AS). Tidak jelas apakah peralatan radar Rusia yang diimpor Myanmar pada Februari adalah bagian dari perjanjian Januari. 

Sebagai negara sahabat dan mitra bisnis, Rusia menjadi satu-satunya negara yang mengirim pejabat tinggi setingkat menteria dalam peringatan Hari Angkatan Bersenjata Myanmar pada 27 Maret lalu. 

Mewakili Rusia, Wakil Menteri Pertahanan Kolonel Jenderal Alexander Fomin hadir dalam peringatan tersebut dan melakukan pembicaraan dengan pemimpin rezim militer Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaing, membahas peningkatan kerja sama militer kedua negara.

Data Stockholm International Peace Research Institute untuk 2019, pengeluaran Myanmar untuk impor senjata Rusia diperkirakan mencapai 807 juta dolar AS selama dekade tersebut.

Pada bulan Desember, data perdagangan juga menunjukkan bahwa Rusia mengekspor barang senilai 96 juta dolar AS yang diklasifikasikan sebagai 'tersembunyi', yang seringkali merupakan produk terkait pertahanan.

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.