JAKARTA - Kehadiran Wakil Menteri Pertahanan Rusia Kolonel Jenderal Alexander Vasilyevich Fomin dalam peringatan Hari Angkatan Bersenjata Myanmar, Sabtu 27 Maret menuai perhatian dan kritik.
Rusia dalam pernyataannya Hari Senin mengatakan, pihaknya sangat prihatin dengan meingkatnya jumah kematian warga sipil di Myanmar, meskipun ada kunjungan Wakil Menteri Pertahanan Rusia akhir pekan lalu.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, sikap Rusia terhadap Myanmar tidak boleh disalahartikan meskipun ada kunjungan delegasi.
"Kami sangat khawatir dengan meningkatnya jumlah korban sipil. Ini adalah sumber keprihatinan yang mendalam dan kami mengikuti situasi yang sedang berlangsung di Myanmar dengan sangat dekat," kata Peskov melansir Reuters.
“Anda tahu kami memiliki hubungan lama dan cukup konstruktif dengan Myanmar. Ada perkembangan tertentu dalam hubungan bilateral kita, dan dari sudut pandang itulah hal ini harus diperhatikan. Tapi itu sama sekali tidak menandakan persetujuan kami atas peristiwa tragis yang terjadi di negara ini," sambungnya.
Pertemuan Jumat
Sementara itu, melansir Global New Light of Myanmar, pemimpin rezim militer Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing, bertemu dengan Fomin pada Hari Jumat 26 Maret di Wisma Pemerintah untuk delegasi tinggi negara asing Zeyathiri Beikman, Naypyitaw, sehari sebelum peringatan Hari Angkatan Bersenjata Myanmar.
Turut bersamanya antara lain, Wakil Ketua Dewan Wakil Panglima Besar Angkatan Darat, Wakil Jenderal Senior Soe Win, anggota Dewan Jenderal Maung Maung Kyaw dan Letjen Moe Myint Tun, Sekretaris Gabungan Dewan Letjen Ye Win Oo, Kepala Staf Umum (Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Udara) Jenderal Maung Maung Aye dan Panglima Tertinggi (Angkatan Laut) Laksamana Moe Aung.
Sementara, Fomin didampingi oleh Ketua Dewan Kepresidenan untuk Masyarakat Sipil Federasi Rusia dan Penasihat Informasi untuk Presiden Federasi Rusia Pavel Gusev, Kepala Masyarakat Buddha Moskow Bair B. Tsympilov, perwira senior militer dan sipil Rusia dan Atase Militer Federasi Rusia untuk Myanmar Kolonel Sergey S. Kurchenko.
Kepada koleganya dari Rusia, Min Aung Hlaing berterima kasih dan menyambut baik kehadiran delegasi Rusia di tengah wabah COVID-19 dan perubahan politik di Myanmar. Dan berjanji untuk semakin memperkuat rasa saling menghormati kedua negara meskipun jaraknya jauh.
Pemimpin rezim militer Myanmar mengatakan, meski pihaknya membuka jalan bagi demokrasi multi partai sesuai tuntutan rakyat, hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Menurutnya, orang-orang menginginkan politik demokrasi yang bebas dan adil. Namun, politik korup dibentuk pada Pemilu 2020 untuk menggenggam kekuasaan negara dengan cara yang tidak adil.
Dia menyebut, itu membuat militer mengambil tanggung jawab negara dalam waktu singkat, untuk memastikan demokrasi sejati dan demokrasi yang disiplin dan tahan lama. Setelah memulihkan perdamaian dan stabilitas, Myanmar akan ditempatkan pada jalur demokrasi untuk menjadi negara demokrasi yang damai, stabil dan disiplin.
Selanjutnya, kedua belah pihak dengan hangat membahas kerja sama teknologi militer antara dua angkatan bersenjata kedua negara, sosial, ekonomi, pendidikan, pelatihan dan semua sektor, pengiriman tenaga magang, pertukaran obat-obatan pencegahan dan teknologi dalam pencegahan, hingga pengobatan dan pencegahan COVID-19.
BACA JUGA:
Usai pertemuan, Jenderal Senior menyerahkan medali kehormatan dan pedang kehormatan kepada Wakil Menteri Pertahanan Federasi Rusia untuk lebih meningkatkan hubungan bilateral dan kerja sama militer antara kedua negara.
Sementara, Wakil Menteri Pertahanan Rusia menyerahkan medali Untuk Penguatan Persahabatan Tempur kepada Wakil Jenderal Senior Soe Win, Jenderal Maung Maung Kyaw, Letjen Moe Myint Tun, Letjen Ye Win Oo, Jenderal Maung Maung Aye dan Admiral Moe Aung.
Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.