Pertemuan 2+2, Indonesia dan Jepang Menolak Penggunaan Kekerasan di Myanmar
Pertemuan 2+2 antara Indonesia dan Jepang.

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi dan Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto, menggelar pertemuan 2+2 dengan Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi dan Menteri Pertahanan Jepang Nobuo Kishi di Tokyo, Jepang, Selasa 30 Maret.

Dalam keterangan pers virtual Selasa petang, Retno Marsudi mengatakan pertemuan 2+2 ini sudah lama dirancang antara Jepang dan Indonesia, untuk meningkatkan hubungan bilateral kedua negara. 

Menlu Retno mengutarakan, sebelum menggelar pertemuan 2+2, dirinya dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto terlebih dahulu melakukan kunjungan kehormatan kepada Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga.

Dikatakan olehnya, dalam kesempatan tersebut mereka menyampaikan pesan Presiden Joko Widodo kepada PM Suga, mengenai pentingnya kedua negara terus menindaklanjuti kerja sama yang sudah dibahas dalam kunjungan PM Suga ke Indonesia. 

"Kunjungan ke Tokyo membuahkan hasil yang baik. Pertama, menindaklanjuti kunjungan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga yang sebelumnya ke Indonesia. Kedua, kerja sama di bidang kesehatan antar kedua negara juga sudah berjalan dan akan terus kita perkuat, karena pentingnya isu kesehatan di masa depan," ujarnya.

"Kita juga mendapatkan komitmen yang sama-sama kuat kedua negara, untuk meningkatkan kerja sama ekonomi, termasuk di bidang investasi, serta upaya untuk menyelesaikan tantangan perdagangan yang ada. Berikutnya, kita juga sepakat untuk meningkatkan kerja sama pertahanan dan maritim Indonesia dengan Jepang. Dan kelima, mengenai pembahasan isu kawasan dan internasional, yang saya tekankan adalah, pentingnya semua negara memajukan kerja sama agar tercipta stabilitas, perdamaian dan kesejahteraan, tidak hanya di kawasan tetapi juga di dunia," imbuh Retno. 

Pada kesempatan yang sama Menlu Retno Marsudi mengungkapkan, dalam pertemuannya dengan Menlu Jepang Toshimitsu Motegi, kedua negara prihatin dengan kondisi yang terjadi di Myanmar. Kedua negara menurutnya sepakat untuk menghentikan kekerasan sesegara mungkin dan memulai dialog semua pihak. 

"Indonesia menolak keras penggunaan kekerasan oleh aparat keamanan yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa lebih dari 100 orang 27 Maret lalu. Hal ini tidak dapat diterima. Penggunaan kekerasan harus dihentikan, agar tidak ada korban jiwa. Hanya melalui dialog, Myanmar bisa menyelesaikan masalah," urainya. 

Sementara, terkait dengan kondisi di Indo-Pasifik, Menlu Retno kembali menyampaikan prinsip-prinsip yang ada dalam ASEAN Outlook on the Indo-Pacific. Yakni, transparansi, keterbukaan, inclusiveness dan mengedepankan kerja sama.

"Rivalitas dan konfrontasi tidak akan menguntungkan siap pun. Kawasan Indo-Pasifik harus menjadi kawasan yang damai dan sejahtera. Hal tersebut bisa dicapai jika kerja sama terus dikedepankan semua negara, patuhi hukum internasional. Prioritas ASEAN, menjalin kerja sama konkret dengan semua mitra, termasuk Jepang," pungkasnya.