Hari Angkatan Bersenjata: 114 Pengunjuk Rasa Tewas, Etnis Bersenjata Rebut Markas Militer Myanmar di Kayin
Persenjataan yang disita dari markas militer Myanmar. (Twitter/@chinmemes)

Bagikan:

JAKARTA - Kelompok etnis bersenjata tertua dan paling berpengaruh di Myanmar, Karen National Union (KNU) mengumumkan berhasil merebut pangkalan militer Thee Mu Hta milik rezim militer Myanmar di Distrik Mutraw (Hpapun), Negara Bagian Kayin.

Serangan ke pangkalan itu terjadi ketika rezim militer Myanmar mengadakan perayaan Hari Angkatan Bersenjata di Ibu Kota Naypyitaw pada Sabtu pagi.

Jumlah pasti korban dari bentrokan tersebut belum diketahui, tetapi foto yang dirilis oleh KNU menunjukkan setidaknya lima mayat dan tujuh tawanan.

Komandan Brigade-5 Sayap bersenjata KNU, Karen National Liberation Army (KNLA) Saw Htoo Ka Shaw mengatakan, pihaknya akan berjuang bersama masyarakat dan mahasiswa untuk menggulingkan kediktaktoran fasis Myanmar

"Penindasan dan pembunuhan mereka terhadap warga sipil tak bersenjata di seluruh Myanmar bertentangan dengan keyakinan pasukan revolusioner kami. Kami tidak bisa menerima tindakan tidak manusiawi, tidak hanya di Negara Bagian Kayin, tetapi juga di daerah lain," sebutnya melansir Myanmar Now.

"Di daerah kami, kami tidak ingin tentara (hadir). Dan tentara melakukan tindakan seperti itu. Seharusnya tidak ada tempat di bumi bagi mereka yang melakukan tindakan tidak manusiawi," lanjutnya

Terpisah, Wakil Kepala Staf KNLA Letjen Saw Baw Kyaw Heh mengatakan, semua elemen masyarakat Myanmar harus berjuang dengan cara apapun yang bisa dilakukan. 

"Kali ini pasti revolusi yang menentukan. Orang-orang muda kehilangan nyawa karena tindakan tidak manusiawi mereka (rezim militer Myanmar). Jadi kami tidak ingin memaafkan mereka," ungkapnya.

Pada tanggal 15 Maret, kelompok etnis bersenjata lainnya, Kachin Independence Army (KIA), merebut pangkalan Alawbwam rezim, yang terletak di dekat Kota Dawhponeyang di Kota Momauk, Negara Bagian Kachin.

Kemudian di Hari Kamis 25 Maret, mereka berhasil merebut markas sekaligus pos strategi terdepan militer Myanmar yang berada di wilayah perbatasan dengan China di Distrik Bhamo.

Kelompok etnis bersenjata KIA dan KNU sama-sama menyatakan bahwa mereka menolak kudeta militer 1 Februari, yang telah mendapat protes besar-besaran di seluruh negeri.

Sementara itu, sebanyak 114 orang di 44 kota tewas dalam kekerasan yang dilakukan rezim militer Myanmar sepanjang Sabtu kemarin. Korban terbanyak berada di Kota Mandalay, di mana 11 orang tewas. Melansir Reuters, total korban tewas sejak kudeta 1 Februari lalu mencapai lebih dari 440 orang. 

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.