Usai Penyerangan Bago, 32 Pasukan Keamanan Rezim Militer Myanmar tewas oleh Serangan Etnis Bersenjata
Ilustrasi aparat keamanan menghadapi pengunjuk rasa antikudeta militer Myanmar. (Twitter/@Yaellie2)

Bagikan:

JAKARTA - Sedikitnya 32 orang pasukan keamanan rezim militer Myanmar tewas pada akhir pekan lalu, setelah serangan mematikan yang dilakukan oleh polisi dan tentara Myanmar pada Jumat 9 April. 

Pada hari Jumat, polisi dan tentara menembaki pengunjuk rasa di belakang penghalang jalan dan barikade karung pasir di Bago, menewaskan sedikitnya 82 warga sipil, menjadikan jumlah korban tewas hingga Sabtu mencapai 701 warga sipil menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), melansir The Irrawaddy, Senin 12 April. 

Sehari berselang, perlawanan dilakukan oleh etnis bersenjata dan masyarakat sipil Myanmar. Sedikitnya 14 petugas polisi Myanmar tewas dan dua hilang menyusul serangan terkoordinasi oleh kelompok-kelompok etnis bersenjata di sebuah pos polisi di Kotapraja Lashio, Negara Bagian Shan utara Sabtu pagi.

Selain itu, setidaknya lima anggota keluarga anggota polisi terluka dalam serangan di Desa Naung Mon, kata seorang saksi mata.  Seorang penduduk setempat mengatakan, serangan itu diluncurkan bersama oleh Tripartite Brotherhood Alliance (Aliansi Persaudaraan), yang mengelompokkan Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (MNDAA), Tentara Pembebasan Nasional Ta'ang (TNLA), dan Tentara Arakan (AA), kendati belum ada konfirmasi mengenai hal ini.

Juru bicara TNLA Mai Aik Kyaw mengatakan, dia belum dapat berkomunikasi dengan pasukan di lapangan di daerah tersebut, dan tidak dapat memastikan apakah aliansi yang melancarkan serangan tersebut.

Serangan ini terjadi satu minggu setelah Persaudaraan Aliansi memperingatkan rezim militer Myanmar, mereka akan bergabung dengan semua etnis untuk melawan rezim jika pembunuhan brutal terhadap pengunjuk rasa anti-kudeta di seluruh negeri terus berlanjut.

Setelah serangan itu, pasukan militer Myanmar menyerbu Naung Mon dan Desa Naung Kwe di dekatnya, menyebabkan lebih dari 300 penduduk dari dua desa itu mengungsi, kata seorang penduduk setempat.

“Serangan (awal) dimulai sebelum fajar. Pos polisi juga terbakar selama serangan itu, ”kata seorang penduduk setempat.

Keamanan diperketat di Lashio dan militer telah memblokir lalu lintas di beberapa jalan utama dekat kantor polisi di kota itu, kata seorang penduduk setempat.

Sementara itu, sedikitnya 18 pasukan keamanan Myanmar tewas dalam serangan di Tamu, Wilayag Sagaing, perbatasan Myanmar - India Sabtu sore, setelah seorang warga sipil tewas ditembak di sana. 

"Polisi dan tentara menggunakan peluncur granat, senapan mesin, dan bahan peledak untuk melawan kami. Kami juga mendengar 19 tentara tewas ketika granat dilemparkan ke truk militer," menurut seorang pengunjuk rasa di Tamu.

Kelompok bersenjata Organisasi Nasional Kuki (KNO) mengeluarkan pernyataan pada Sabtu malam, mengatakan 18 tentara tewas dalam aksi oleh warga, pengunjuk rasa dan pasukan KNO.

Sebelum serangan pada Hari Sabtu, Kachin Independence State (KIA) dan Karen National Union (KNU), melancarkan serangkaian serangan terhadap pasukan rezim di negara bagian Kachin, Shan dan Wilayah Bago, sebagai reaksi atas pembunuhan warga sipil antikudeta militer Myanmar.

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.