Bagikan:

JAKARTA - Utusan Presiden AS Donald Trump, Richard Grenell, memastikan akan kembali ke Amerika Serikat bersama enam warga negara Amerika yang ditahan di Venezuela.

Ini menjadi perkembangan yang mengejutkan setelah Grenell bertemu dengan Presiden Venezuela Nicolas Maduro di Caracas.

Para pejabat dari pemerintahan Trump mengatakan salah satu tujuan utama kunjungan Grenell adalah untuk menjamin pembebasan warga Amerika yang ditahan di negara tersebut.

Dilansir Reuters, Sabtu, 1 Februari, Grenell tidak menyebutkan nama keenam pria tersebut. Mereka mengenakan pakaian berwarna biru muda yang digunakan oleh sistem penjara Venezuela.

"Kami berangkat dan pulang bersama 6 warga negara Amerika ini," tulis Grenell di X. "Mereka baru saja berbicara dengan @realDonaldTrump dan mereka tidak bisa berhenti berterima kasih padanya."

Trump mendukung langkah tersebut dalam postingannya sendiri, dengan mengatakan Grenell membawa pulang "enam sandera dari Venezuela."

Tidak jelas secara pasti berapa banyak orang Amerika yang ditahan oleh Venezuela, namun para pejabat Venezuela telah berbicara secara terbuka tentang setidaknya sembilan orang Amerika yang ditahan.

Para pejabat Maduro menuduh sebagian besar dari mereka melakukan terorisme dan mengatakan beberapa di antaranya adalah “tentara bayaran” tingkat tinggi.

Pemerintah Venezuela sering menuduh anggota oposisi dan tahanan asing berkonspirasi dengan AS untuk melakukan terorisme. Sementara pejabat AS membantah rencana apa pun.

“Para sandera Amerika yang ditahan di Venezuela harus segera dibebaskan,” kata Mauricio Claver-Carone, utusan khusus AS untuk Amerika Latin.

Dia menyebut pertemuan Grenell-Maduro “bukanlah negosiasi yang ditukar dengan apa pun."

Pada akhir tahun 2023, pemerintah Venezuela membebaskan puluhan tahanan, termasuk 10 warga Amerika, setelah berbulan-bulan bernegosiasi, sementara AS membebaskan sekutu dekat Maduro.

Maduro mengatakan kepada para pejabat dalam pidato tahunannya di depan pengadilan pada Jumat malam, pertemuan antara dia dan Grenell berjalan positif.

“Ada beberapa hal yang telah kita capai dalam kesepakatan awal dan ketika kesepakatan tersebut dipatuhi, permasalahan baru akan terbuka, mudah-mudahan kesepakatan baru ini demi kebaikan kedua negara dan kawasan,” kata Maduro.

“Presiden Donald Trump, kami sudah mengambil langkah pertama, mudah-mudahan bisa berlanjut,” kata Maduro. “Kami ingin ini terus berlanjut,” sambungnya.

Maduro dan Grenell juga membahas migrasi dan sanksi di istana presiden.

Sebelumnya, sekretaris pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan Grenell juga fokus untuk memastikan 400 anggota geng Tren de Aragua yang ditahan AS dikembalikan ke Venezuela.

Kesepakatan mengenai deportasi Tren de Aragua “tidak dapat dinegosiasikan,” kata Claver-Carone.

Jaksa Agung Venezuela Tarek Saab mengatakan pekan lalu geng tersebut telah dibubarkan di Venezuela pada tahun 2023, namun pihaknya bersedia untuk memulai kembali kerja sama hukum dengan AS untuk mengekstradisi anggota geng tersebut.

Sejak mengambil alih kekuasaan pada 20 Januari, Trump memulai tindakan keras terhadap imigrasi dan menjanjikan deportasi massal.

Sekitar 600.000 warga Venezuela di Amerika Serikat memenuhi syarat untuk mendapatkan penangguhan deportasi yang diberikan oleh pemerintahan sebelumnya, namun Menteri Keamanan Dalam Negeri AS Kristi Noem mengatakan dia akan mengurangi jangka waktu perlindungan tersebut.