Korban Tewas Capai 260 Orang: Rezim Militer Myanmar Minta Maaf, Sebut China Sebagai Teman
Unjukra antikudeta militer Myanmar. (Twitter/@HsuChiKo1)

Bagikan:

JAKARTA - Aksi kekerasan dan kebrutalan rezim militer Myanmar terus berlangsung. Sedikitnya tiga orang tewas dalam aksi unjuk rasa antikudeta militer Myanmar pada Selasa 23 Maret kemarin. 

Polisi dan militer Myanmar mengumbar tembakan gas air mata, granat kejut dan tembakan senjata api, untuk menghalau massa di Kotapraja Chanmyathazi, Mandalay. 

Ko Chan Thar (21) tewas ditembak pada Selasa pagi. Sore harinya, Ma khin Myo Chit (7) juga tewas tertembak selama penggerebekan dari rumah ke rumah yang dilakukan rezim militer Myanmar. Malam harinya, seorang pria 25 tahun tewas ditembak dan tiga lainnya luka-luka dalam penggerebekan di bangsal Aung Pin Lae. 

Total sedikitnya 260 orang telah tewas selama aksi unjuk rasa antikudeta militer Myanmar berlangsung pada 1 Februari lalu, melansir The Irrawaddy

"Tidak ada kata yang bisa menggambarkan perilaku brutal mereka (polisi dan tentara). Kami hanya bisa damai tanpa mereka di negara kami," kata Ko Than Naing Htun, kakak korban tewas.

"Kami hanya menginginkan pemerintah yang kami pilih. Kami tidak ingin pemerintahan seperti ini yang merebut kekuasaan dengan paksa," imbuhnya.

Terpisah, juru bicara rezim militer Myanmar menyatakan kesedihan atas kematian 164 demonstran selama aksi kekerasan di Negeri Seribu Pagoda tersebut. 

Namun, rezim menuduh pengunjuk rasa antikudeta melakukan perusakan properti dan memprovokatori kerusuhan. Rezim juga mengatakan sembilan anggota keamanan tewas selama aksi unjuk rasa di berbagai wilayah di Myanmar.

"Kami menyesal atas kerugian mereka, karena mereka juga warga kami. Pemogokan dan rumah sakit yang tidak beroperasi sepenuhnya, telah menyebabkan kematian, termasuk dari COVID-19. Mereka (pengunjuk rasa) tidak bijaksana dan tidak etis," kata Juru bicara rezim militer Myanmar Zaw Min Tun, melansir Reuters.

Dalam kesempatan yang sama, Zaw Min Tun juga mengapresiasi lima negara tetangga yang disebutnya menghargai dan menghormati stabilitas urusan dalam negeri Myanmar. Zaw Min Tun hanya mengatakan, China berteman dengan Myanmar, tanpa merinci lebih jauh negara lain atau sejauh mana kerja sama mereka. 

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.