Minggu Berdarah: 39 Pengunjuk Rasa Tewas, Korban Jiwa Antikudeta Militer Myanmar Tembus 134 Orang
Unjuk rasa antikudeta militer Myanmar. (Twitter/@htza97)

Bagikan:

JAKARTA - Minggu 14 Maret 2021 menjadi hari paling berdarah sepanjang unjuk rasa antikudeta militer Myanmar, saat 39 orang tewas sepanjang hari kemarin. 

Melansir The Irrawaddy, jumlah korban tewas kemarin melebihi korban tewas pada bentork 3 Maret lalu, di mana 28 orang pengunjuk rasa ketika itu tewas. Hingga kemarin, jumlah pengunjuk rasa yang tewas mencapai 134 orang.

Pasukan keamanan rezim militer Myanmar menewaskan sedikitnya 22 pengunjuk rasa antikudeta di pinggiran kota industri Hlaingthaya, Myanmar, setelah pabrik-pabrik yang didanai China dibakar di sana, kata sebuah kelompok advokasi.

Sementara, 16 pengunjuk rasa lainnya tewas di tempat lain, kata Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), serta seorang polisi, menjadikannya hari paling berdarah sejak kudeta 1 Februari terhadap pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.

Kedutaan Besar China mengatakan, banyak pekerja China terluka dan terperangkap dalam serangan pembakaran oleh penyerang tak dikenal di pabrik garmen di Hlaingthaya dan telah meminta Myanmar untuk melindungi properti dan warga China

Ketika asap membubung dari kawasan industri, pasukan keamanan menembaki pengunjuk rasa di pinggiran kota yang merupakan rumah bagi para migran dari seluruh negeri, kata media lokal.

“Itu sangat mengerikan. Orang-orang ditembak di depan mata saya. Itu tidak akan pernah meninggalkan ingatan saya,” kata seorang jurnalis foto di tempat kejadian yang tidak ingin disebutkan namanya, melansir Reuters.

Televisi Myawadday yang dikelola tentara mengatakan, pasukan keamanan bertindak setelah empat pabrik garmen dan pabrik pupuk dibakar dan sekitar 2.000 orang telah menghentikan mesin pemadam kebakaran untuk menjangkau mereka. Namun, juru bicara rezim militer Myanmar tidak menjawab panggilan untuk meminta komentar.

Seiring dengan kondisi yang terjadi, rezim militer Myanmar memberlakukan darurat militer di Yangon dan Shwepyitha pada Minggu malam, seperti diumumkan oleh media televisi yang dikelola rezim.

Kedua kota tersebut merupakan pusat pabrik dan rumah bagi pekerja garmen. Dengan status ini, komandan militer daerah Yangon memiliki otoritas administrasi dan hukum untuk bertindak menjaga keamanan dan ketertiban hukum. 

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.