Sempat Dikepung Militer Myanmar Semalaman, Ratusan Pengunjuk Rasa Bisa Keluar dari Yangon
Unjuk rasa anti kudeta militer Myanmar. (Twitter/@HsuChiKo1)

Bagikan:

JAKARTA - Ratusan pengunjuk rasa anti kudeta, mayoritas anak muda, yang sempat terkepung oleh aparat keamanan rezim militer Myanmar semalaman, berhasil keluar dari Distrik Yangon pada Selasa 9 Maret.

Para aktivis mengatakan, mereka berhasil keluar dari Yangon setelah adanya seruan dan kecaman dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dan negara-negara Barat, yang meminta mereka dibebaskan.

Ribuan orang menentang jam malam untuk turun ke jalan-jalan di kota utama Myanmar, untuk mendukung para pemuda di distrik Sanchaung, tempat mereka mengadakan protes setiap hari terhadap kudeta militer Myanmar 1 Februari.

Di Sanchaung, polisi Myanmar yang menembakkan senjata dan menggunakan granat kejut mengumumkan pada Hari Senin, mereka akan memeriksa rumah untuk mencari siapa saja yang berasal dari luar distrik. Dan, akan menghukum siappun yang ketahuan menyembunyikan pengunjuk rasa dari luar distrik.

Aktivis pemuda Shar Ya Mone mengatakan, sebelumny dia telah berada di sebuah gedung dengan sekitar 15 hingga 20 orang lainnya, tetapi sekarang bisa pulang.

"Ada banyak tumpangan mobil gratis dan orang-orang menyambut para pengunjuk rasa," kata Shar Ya Mone melalui telepon kepada Reuters.

Pengunjuk rasa lain memposting di media sosial bahwa mereka dapat meninggalkan daerah itu sekitar jam 5 pagi, setelah pasukan keamanan ditarik keluar.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyerukan rezim militer Myanmar untuk menahan pasukannya, membebaskan seluruh pengunjuk rasa yang terkepung, tanpa kekerasan atau penangkapan.

Sebuah kelompok hak advokasi mengatakan, sekitar 50 orang telah ditangkap di Sanchaung setelah polisi menggeledah rumah, meskipun pemeriksaan masih dilakukan. Seorang juru bicara junta tidak menjawab panggilan untuk meminta komentar.

Televisi negara MRTV sebelumnya mengumumkan, "Kesabaran pemerintah telah habis dan ketika mencoba meminimalkan korban dalam menghentikan kerusuhan, kebanyakan orang mencari stabilitas penuh (dan) menyerukan tindakan yang lebih efektif terhadap kerusuhan".

Tiga pengunjuk rasa tewas dalam demonstrasi di Myanmar utara dan Delta Irrawaddy pada Hari Senin, menurut saksi mata dan media lokal. 

Diperkirakan lebih dari 60 pengunjuk rasa tewas dan lebih dari 1.800 orang ditahan, sejak militer Myanmar melakukan kudeta, serta menahan Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi dan Presiden Myanmar U Win Myint, kata sebuah kelompok advokasi.

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.