Melawan Saat Hendak Ditahan, Enam Pengunjuk Rasa Anti Kudeta Ditembak Mati Rezim Militer Myanmar
Militer Myanmar membidikan senjatanya. (Twitter/@yoonmay111)

Bagikan:

JAKARTA - Rezim militer Myanmar kembali melakukan aksi represif dan brutal, dalam menghadapi aksi unjuk rasa anti kudeta 1 Februari. Tercatat delapan orang pengunjuk rasa tewas hari ini, Kamis 11 Maret.

Enam dari delapan pengunjuk rasa yang tewas hari ini terdapat di Kota Myaing, saat aparat keamanan berusaha membubarkan unjuk rasa pada pukul 11 siang waktu setempat. 

Saksi mata mengatakan, aparat keamanan terlibat bentrokan dengan sekelompok pengunjuk rasa yang melawan saat hendak ditahan, karena enggan membubarkan diri. Aparat pun disebut langsung melepaskan tembakan ke arah para pengunjuk rasa.

“Salah satu pengunjuk rasa ditembak di dekat pangkal paha. Seorang lainnya ditembak di kepala. Sisi kanan kepalanya hancur karena benturan peluru,” kata seorang pengunjuk rasa yang menyaksikan penembakan seperti melansir Myanmar Now.

Keenam orang yang tewas adalah laki-laki, yang tertua berusia 36 dan tiga di antaranya berusia di bawah 30 tahun, menurut penduduk yang melihat tubuh mereka di kamar mayat rumah sakit umum setempat. Dua dari Kota Myaing, dan empat dari desa terdekat.

Protes melawan rezim militer dimulai di Kotapraja Myaing pada awal Februari, seperti yang terjadi di seluruh Myanmar. Penduduk setempat mencatat bahwa tindakan keras pada Kamis menandai peningkatan taktik respon pasukan keamanan, dan pertama kalinya sejak unjuk rasa dimulai, mereka menembaki publik.

"Pada hari-hari sebelumnya, polisi bernegosiasi dengan para pengunjuk rasa, (meminta mereka) untuk tidak keluar dan melakukan protes hari ini," kata seorang penduduk Myaing.

“Mereka memperingatkan, jika mereka diberi perintah untuk menembak. Ini adalah pertama kalinya ada tindakan keras terhadap penembakan di Myaing. Mereka tidak menembak atau menangkap siapa pun pada hari-hari sebelumnya," tambah penduduk tersebut.

Dikatakannya, setelah penembakan, truk militer tiba di Myaing dari Pakkoku, tempat Divisi Infanteri Ringan (LID) 101 berpangkalan, bersama dengan Batalyon Infanteri Ringan (LIB) 235 dan 251.

Penembakan mematikan serupa dengan yang terjadi di Myaing juga dilaporkan pada hari Kamis di Kota Mogok, Mandalay, serta di Kotapraja North Dagon Yangon, dengan setidaknya satu orang tewas di kedua wilayah tersebut. Seorang pengunjuk rasa lainnya juga dilaporkan ditembak di kepala saat melakukan aksi ujuk rasa di pusat Kota Mandalay.

 

Sedikitnya 60 orang telah tewas, ratusan terluka, dan hampir 2.000 orang ditahan oleh rezim militer Myanmar sejak kudeta bulan lalu. Sebagai tanggapan, jutaan orang turun ke jalan di seluruh negeri sebagai protes atas kediktatoran.

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.