Ratusan Warga dan Belasan Jurnalis Ditahan Militer Myanmar Usai Unjuk Rasa hingga Sabtu Malam
Polisi Myanmar menggunakan ketapel untuk menyerang warga. (Twitter/@Aung67994712)

Bagikan:

JAKARTA - Aksi represif diperlihatkan rezim militer Myanmar dalam menghadapi masa pengunjuk rasa anti-kudeta 1 Februari. Usai 'menyerang' massa dengan meriam air, gas air mata, granat kejut, tongkat pemukul hingga tembakan untuk membubarkan massa pengunjuk rasa. Polisi dan militer Myanmar melakukan penangkapan. 

Ratusan pengunjuk rasa, termasuk belasan jurnalis ditangkap dan ratusan lainnya luka-luka, setelah aparat keamanan mengambil tindakan tegas untuk membubarkan unjuk rasa pada Sabtu 27 Februari kemarin.

Radio dan Televisi Myanmar (MRTV) yang dikelola pemerintah pada malam hari mengumumkan, total 479 pengunjuk rasa menentang negara di seluruh negeri telah ditahan. Itu adalah jumlah penangkapan satu hari tertinggi sejak awal protes selama seminggu, dibarengi dengan kekerasan oleh aparat keamanan.

Di Monywa, kota terbesar di Wilayah Sagaing di barat laut Myanmar, tindakan keras dilakukan sekitar jam 9 pagi ketika orang-orang berkumpul di sebuah biara Buddha di pusat kota untuk protes hari itu. Situasi berubah menjadi kekerasan, ketika satu kelompok polisi datang untuk membubarkan pengunjuk rasa dan dikepung oleh warga kota. 

Penduduk mengatakan pasukan keamanan meledakkan granat kejut, menembakkan senjata dan menggerebek biara, melukai beberapa orang di kerumunan, termasuk seorang wanita yang terluka parah.

sniper myanmar
Militer Myanmar dilengkapi dengan senapan sniper dan granat tangan. (Twitter/@ThuZarM95645629)

Video yang diambil oleh penduduk setempat menunjukkan polisi anti huru hara, militer Myanmar dan beberapa polisi berpakaian preman menggunakan kekuatan berlebihan, saat mereka menghujani warga sipil yang tidak bersenjata dengan tongkat mereka sebelum membawanya pergi. Seorang editor dari terbitan lokal Monywa Gazette menerima perlakuan yang sama sebelum dia ditendang ke dalam mobil polisi.

Seorang guru sekolah negeri mengatakan kepada The Irrawaddy bahwa dari lebih dari 150 orang, termasuk dirinya, yang terperangkap di biara, sekitar 100 pelajar dan pengunjuk rasa sipil dilempar ke dalam tiga van polisi sekitar pukul 2 siang. Dia dan 52 orang lainnya dibebaskan dengan jaminan setelah polisi mengetahui bahwa mereka adalah guru sekolah.

“Telepon kami disita sampai kami dibebaskan. Mereka berkata, 'Tidak ada tanda tangan, tidak ada pembebasan'. Jadi, kami harus menandatangani surat yang mengatakan kami tidak akan bergabung dengan protes lagi," ungkapnya Total ada 173 pengunjuk rasa ditangkap di Monywa.

Polisi anti huru hara di Yangon berubah lebih agresif pada Hari Sabtu daripada pada Hari Jumat, dengan 166 orang dilaporkan ditangkap. Di salah satu titik protes kota, Hledan, pengunjuk rasa yang mundur dengan mata merah dari gas air mata dikejar oleh pasukan keamanan yang mengacungkan tongkat ke jalan.

Polisi tidak membatasi diri untuk menargetkan pengunjuk rasa. Mereka tanpa pandang bulu mengintimidasi dan menangkap para pengamat di jalan mereka. Korban termasuk seorang wanita hamil dan tenaga medis sukarelawan, pengemudi becak dan lainnya yang bersembunyi di klinik darurat untuk para pengunjuk rasa.

Jalan Bagaya yang biasanya sibuk di Kotapraja San Chaung, Yangon, terlihat seperti zona perang, dimana suara tembakan dan granat kejut bersahut-sahutan serta barikade dimana-mana pada Sabtu sore.

Di kota terbesar kedua di Myanmar, Mandalay, pasukan keamanan juga kembali melakukan kekerasan. Mereka melakukan serangan katapel secara acak di Kotapraja Maha Aung Myay, setelah mereka tidak menemukan pengunjuk rasa di lingkungan tersebut. Serangan primitif melukai salah satu anggota staf biara di kepala, membuatnya mendapat beberapa jahitan di rumah sakit. MRTV mengatakan total sembilan orang ditangkap di sana.

Tindakan tegas polisi Myanmar yang dibantu militer pada Sabtu kemarin, juga berfokus pada penangkapan jurnalis yang meliput protes gerakan pembangkangan sipil di seluruh negeri. Hingga Sabtu malam, lebih dari 10 jurnalis lokal dari outlet berita seperti 7 Day News, Myanmar Now, Monywa Gazette, Hakha Times dan The Associated Press ditahan oleh pasukan keamanan di Yangon, Monywa, Negara Bagian Chin dan daerah lainnya.