Rezim Militer Myanmar Kian Represif, Umbar Tembakan ke Arah Pengunjuk Rasa Tolak Kudeta
Evakuasi pengunjuk rasa yang mengalami luka-luka. (Twitter/@MizzimaNews)

Bagikan:

JAKARTA - Puluhan pengunjuk rasa anti-kudeta luka-luka dan ditangkapi oleh rezim militer, sepanjang siang hingga malam Jumat 26 Februari kemarin. 

Berbekal tongkat pemukul dan menembakkan peluru karet, polisi anti-huru hara menindak keras para pengunjuk rasa di berbagai kota-kota besar di Negeri Seribu Pagoda tersebut.

Aksi represif rezim militer Myanmar dimulai di Yangon, lepas tengah hari kemarin, melansir The Irrawaddy. Di Myaynigone, polisi bergerak maju sambil membenturkan perisai mereka dengan tongkat, memaksa pengunjuk rasa mundur. 

Tidak seperti hari-hari sebelumnya, mereka kemudian memburu pengunjuk rasa sambil terus mengumbar tembakan ke udara maupun tembakan dengan peluru karet, menangkapi para pengunjuk rasa, termasuk seorang wartawan Jepang Yuki Kitazumi yang belakangan dibebaskan.

Di Hledan, Yangon polisi menyerbu tempat duduk di bawah jembatan penyeberangan, memukuli beberapa pengunjuk rasa muda dengan tongkat. Sekitar jam 3 sore, mereka memukul mundur pengunjuk rasa, menembaki terus menerus ke kerumunan, melukai beberapa pengunjuk rasa. 

Warga sipil di Hledan dan Myaynigone membuka pintu mereka untuk mundur dari pengunjuk rasa dan jurnalis, menyelamatkan beberapa dari mereka dari serangan atau penangkapan oleh pasukan keamanan.

Jumlah pasti dari mereka yang terluka dan ditangkap tidak tersedia hingga Jumat malam. Namun, diyakini melibatkan puluhan orang.

Di Mandalay, kota terbesar kedua di Myanmar, polisi anti huru hara dan tentara terus mengandalkan kekerasan terhadap para pengunjuk rasa.

Empat orang terluka parah oleh tembakan yang diyakini orang-orang berasal dari peluru tajam. Sedikitnya 10 orang lagi, termasuk seorang anak laki-laki berusia empat tahun, terluka akibat serangan pemukulan dan ketapel.

Menjelang malam pada hari Jumat, sejumlah orang dengan gelisah menunggu di gerbang Kantor Polisi San Chaung di Myaynigone. Mereka adalah anggota keluarga dari beberapa pengunjuk rasa yang ditahan pada siang hari.

Orang tua dari anak sekolah menengah yang ditahan memberi tahu The Irrawaddy bahwa mereka baru saja mengetahui tentang penangkapan putra mereka.

“Dia bukan pengunjuk rasa. Dia baru saja kembali dari pasar tempat dia menjual beberapa barang dan ditangkap oleh mereka, ” kata salah satu orangtua yang anaknya ditangkap.

Sementara, jaringan pengacara Myanmar yang mencoba membantu para pelajar yang ditahan menyebut, total ada delapan pelajar yang ditahan di kantor polisi tersebut. 

"Akses ke tahanan untuk konsultasi hukum ditolak polisi, begitu juga pengiriman makanan. Kami belum tahu tuduhan yang dikenakan dan apakah mereka bisa dibebaskan atau tidak dengan uang jaminan," sebut penyataan pengacara.