JAKARTA - Etnis bersenjata Persatuan Nasional Karen (KNU) mengklaim tentaranya berhasil membunuh lebih dari 180 tentara rezim militer Myanmar, sejak awal Bulan Juni lalu.
Dalam sebuah pernyataan minggu lalu, sedikitnya 26 tentara rezim militer Myanamr tewas serta 35 lainnya luka-luka dan pertempuran seminggu terakhir di Hpapun, Negara Bagian Karen, sebut Departemen Informasi KNU.
"Antara tanggal 15 dan 22 Juli, ada 29 bentrokan antara pasukan rezim militer dengan Brigade 5 sayap bersenjata KNU, Tentara Pembebasan Nasional Karen (KNLA)," kata pernyataan itu seperti dikutip dari Myanmar Now Senin 26 Juli.
Seorang warga sipil tewas dan bersama dengan lima kerbau ketika pihak rezim militer Myanmar menembakkan sekitar 40 peluru ke sebuah desa dalam satu bentrokan, lanjut pernyataan tersebut.
Sementara, dua kendaraan militer dan sebuah jembatan di pintu masuk ke Hpapun, juga dikenal sebagai Mutraw, hancur. Namun,pernyataan tersebut tidak memberikan rincian korban di pihak KNLA.
Dalam pernyataannya KNU menyebut, militer Myanmar membabi buta di beberapa bagian Hpapun untuk memburu pemuda yang dicurigai ikut melawan rezim. Tidak dapat menemukan para pemuda, militer menahan para orangtua. Junta belum secara terbuka mengomentari pengumuman tersebut.
Juru bicara Brigade 5 Letnan Kolonel Saw Kler Doh mengatakan, KNLA membunuh lebih dari 150 tentara rezim militer Myanmar pada bulan Juni dan 10 lainnya pada minggu pertama Bulan Juli.
Terpisah, Batalyon 1 KNLA terlibat bentrokan dengan Pasukan Penjaga Perbatasan Karen (BGF) yang didukung militer Myanmar di Thaton, seberang perbatasan di Negara Bagian Mon pada 17 Juli. Ada dua luka parah di pihak BGF dan tidak ada di KNLA, klaim etnis bersenjata KNU.
Bentrokan sengit antara KNLA dan militer dimulai setelah kudeta militer 1 Februari, yang ditentang keras oleh KNU. Sejak saat itu, puluhan ribu orang terpaksa mengungsi akibat serangan udara di Hpapun dan Nyaung Laybin.
"Meskipun serangan udara ditargetkan ke Brigade 5, ini adalah tindakan terorisme di semua wilayah Karen dan etnis Karen oleh organisasi teroris yaitu militer,” wakil panglima KNLA Letnan Jenderal Saw Baw Kyaw Heh mengatakan kepada Myanmar Now Bulan April lalu.
BACA JUGA:
Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.