194 Tentara Rezim Militer Myanmar Tewas dalam Bentrokan dengan Etnis Bersenjata KNU
Tentara KNLA berhasil menahan sejumlah tentara militer Myanmar beserta persenjataannay. (Twitter/@KnIC_Karenni)

Bagikan:

JAKARTA - Sedikitnya 194 tentara militer Myanmar, termasuk seorang kolonel dan letnan kolobnel tewas dalam bentrokan dengan Karen National Liberation Army (KNLA), sayap militer etnis bersenjata Karen National Union (KNU). 

Ketegangan militer meningkat di daerah Hpapun, Distrik Shwe Kyin dan Thaton, di daerah Karen dan Bago setelah sayap militer KNU, Brigade 5 Tentara Pembebasan Nasional Karen (KNLA) merebut pos terdepan dekat Sungai Salween di Thi Mu Hta yang dikuasai oleh Divisi Infanteri Ringan 349 militer pada 27 Maret.

Brigade 5 KNU juga menyerbu pos perbatasan militer di tepi Sungai Salween di Thaw Le Hta, dekat perbatasan dengan Provinsi Mae Hong Song, Thailand pada 27 April.

"Dari 27 Maret hingga awal Mei, 194 tentara tewas dan 220 tentara lainnya dari militer Myanmar cedera dalam bentrokan. Sembilan tentara dari KNLA tewas dan 10 lainnya luka-luka, juru bicara Brigade 5 KNU, Letnan Kolonel Saw Kler Doh, mengatakan kepada outlet berita lokal Pusat Informasi Karen, seperti melansir The Irrawaddy, Jumat 7 Mei. 

"Selama satu bulan, militer Myanmar melancarkan 27 serangan udara ke wilayah KNU Brigade 5, menembakkan 47 peluru artileri, dan terjadi 407 bentrokan antara kedua belah pihak," sambung Letkol Saw Kler Doh.

Selain itu, Brigade 5 mencatat militer Myanmar menembakkan 575 peluru artileri ke desa dan lahan pertanian setempat. Serangan udara tersebut menewaskan 14 warga sipil, melukai 28 orang dan menghancurkan 20 rumah dan dua sekolah.

Saat ini, rezim militer Myanmar terus berusaha memperkuat pasukannya di wilayah-wilayah yang dikuasai oleh KNU lewat KNLA.

Bulan lalu, Letnan Kolonel Saw Kler Doh mengatakan kepada The Irrawaddy, serangan KNLA adalah untuk menunjukkan dukungan bagi warga sipil dan Pemerintah Persatuan Nasional yang baru dibentuk oleh anggota parlemen terpilih dari pemerintah Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang digulingkan.

Baru-baru ini, Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) memperkirakan sekitar 40.000 orang telah meninggalkan rumah mereka di Distrik Papun di Negara Bagian Karen dan Kotapraja Shwe Kyin, Kyaukkyi dan Nyaunglebin di Wilayah Bago, menyusul kudeta dan serangan udara militer di daerah. Diperkirakan 1.000, kebanyakan orang tua, orang sakit, wanita dan anak-anak mengungsi ke Thailand.

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.