Delapan Tentara Myanmar Tewas dalam Bentrokan dengan Etnis Bersenjata KNU
Pasukan KNLA mengawal warga sipil yang berunjuk rasa menentang kudeta militer Myanmar. (Twitter/@sapphire_htet)

Bagikan:

JAKARTA - Pertempuran pecah antara militer Myanmar dan Tentara Pembebasan Nasional Karen (KNLA) di empat lokasi di luar ibu kota Negara Bagian Karen, Hpa-an pada Hari Senin 21 Juni, menewaskan delapan tentara junta, menurut etnis bersenjata Persatuan Nasional Karen (KNU).

KNLA, sayap militer KNU, terlibat bentrok dengan angkatan bersenjata rezim militer Myanmar di wilayah Lay Taw Gyi, Melan, Guh Bee Htwee dan Mee Bon yang berada di bawah Brigade 1 pasukan Karen, sekitar 20 mil dari Hpa-an, kata seorang pejabat KNLA kepada Myanmar Now.

"Ada baku tembak intens di Lay Taw Gyi dan Mee Bon, tapi tidak ada korban di pihak kami. Tapi setidaknya delapan tentara militer tewas dan dua terluka," ujarnya seperti dikutip Rabu 22 Juni. 

Pada 14 Juni, Brigade 1 KNLA dan tentara Myanmar awalnya bentrok di Hpa-an. Pejabat KNLA menyebut pertempuran itu disebabkan operasi pasukan rezim militer Myanmar dengan Pasukan Penjaga Perbatasan (BGF) yang bersekutu di negara bagian itu.

Wilayah Brigade 1 meliputi kotapraja Bilin, Thaton, Hpa-an dan Kyaikhto di negara bagian Mon dan Karen. Sejak kudeta 1 Februari, telah terjadi lima bentrokan di Thaton dan satu di Kyaikhto, menurut sumber KNU dan KNLA.

"Sekarang Bilin, Kyaikhto dan Thaton sudah tenang. Tidak ada aktivitas atau konfrontasi," kata seorang pejabat KNU.

Thoolei News KNU melaporkan, bentrokan hari Senin terjadi di empat lokasi di sekitar Hpa-an, yang menyatakan bahwa delapan tentara junta tewas dan empat terluka.

Di wilayah Brigade 3 dan 5 KNLA pertempuran telah meningkat sejak kudeta 1 Februari, dengan militer menderita banyak korban dan puluhan ribu orang mengungsi akibat tembakan artileri dan serangan udara rezim.

Seorang kolonel di Brigade 5 KNLA menyebut, lebih dari 350 orang tentara rezim militer tewas di Distrik Mutraw, Negara Bagian Karen.

Pada saat pelaporan, KNLA di daerah itu telah menyerbu setidaknya dua pangkalan militer Myanmar dan memaksa mundur dari setidaknya tiga kamp rezim.

Untuk diketahui, hingga 21 Juni sedikitnya 873 warga sipil tewas dan 6.231 orang ditahan, di mana 5.045 orang masih berada dalam tahanan menurut data Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP).

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.