Kecewa dengan Politik dan Ketidakadilan, 80 Prajurit Angkatan Udara Myanmar Membelot
Pemimpin rezim militer Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing menjajal pesawat tempur Myanmar. (Sumber: Office of the Commander-in-Chief)

Bagikan:

JAKARTA - Sekitar 80 tentara telah membelot dari Angkatan Udara Myanmar sejak kudeta militer 1 Februari, kata seorang sersan dan kapten Angkatan Udara Myanmar yang bergabung dengan Gerakan Pembangkangan Sipil (CDM).

Sersan Aung Zay Ya, anggota Angkatan Udara Myanmar yang bergabung dengan CDM pada awal April mengungkapkan, rezim militer Myanmar lewat Komando Pusat Angkatan Udara mengumumkan para tentara yang membelot. 

"Mereka telah mencetak nama setiap tentara yang membelot dan menempatkan mereka di komando angkatan udara bersama dengan foto mereka," ungkap pria yang pernah berdinas di Komando Wilayah Yangon ini, seperti melansir Myanmar Now, Rabu 5 Mei.

Lebih jauh diterangkan olehnya, tentara biasanya dinyatakan sebagai pembelot setelah tidak muncul selama 21 hari. Ia memilih membelot karena tidak setuju militer terlibat dalam politik. 

"Terus terang, saya tidak suka dari awal. Saya sangat suka melakukan pekerjaan saya. Jika Anda seorang tentara, lakukan pekerjaan tentara. Sangat tidak menyenangkan melihat tentara ini menjadi orang yang sok tahu segalanya, yang mengira mereka dapat memperbaiki negara dan menjadi bagian dari politik. Saya tidak pernah menyukai mereka," kritiknya.

Pembelotan dari rezim militer Myanmar dimulai pada Bulan Maret, termasuk tentara dari Komando Angkatan Udara Tada-U, Namsam, Pathein, Mingaladon dan Taungu ungkap seorang Kapten Angkatan Udara yang membelot dan tidak ingin disebutkan namanya. 

"Mereka tidak mengumumkannya sebagai CDM, mereka hanya melarikan diri. Ada sekitar 80 orang," ujar Kapten yang rela meninggalkan jabatannya ini.

Terpisah, seorang tentara dari Komando Angkatan Udara Mingaladon mengatakan, dia meninggalkan pekerjaannya sebelum kudeta, karena ketidakpuasan.

"Saya tidak tahan. Saya lulusan Institut Teknis Pemerintah. Di angkatan udara, saya dipaksa menyapu lantai dan mengumpulkan sampah," tukasnya.

Ada juga pembelot dari komando di Meiktila dan Magwe, yang kebanyakan berpangkat rendah, ucap seorang tentara yang juga meminta namanya tidak disebutkan untuk keamanannya.

“Tidak ada keadilan di militer, semua prajurit tertindas. Lihat saja perumahan di pemerintah, Ada lubang di atapnya," pungkasnya.

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.