Membelot dari Militer Myanmar, Mayor Ini Latih Warga Sipil Melawan Rezim Kudeta
Mayor Hein Thaw Oo saat melatih warga sipil. (handout via Myanmar Now)

Bagikan:

JAKARTA - Kecewa dengan praktik pembunuhan warga sipil yang terus yang dilakukan oleh rezim militer Myanmar, Mayor Hein Thaw Oo memilih untuk membelot dan keluar dari militer.

Tak hanya itu, Thaw Oo kemudian memilih untuk melatih warga sipil untuk melawan rezim militer Myanmar. Mulai Sabtu 8 Mei, ia melatih warga sipil dengan bekal keterampilan militer. 

Para peserta pelatihan berusia antara 20 hingga 35 tahun yang berasal dari berbagai kota di Myanmar. Kendati, jumlah pasti peserta dan lokasi pelatihan dirahasiakan, demi keamananan peserta pelatihan.  

Selain mengajar para rekrutan untuk bertarung, pelatihan dasar akan mencakup pertolongan pertama di medan perang, pelajaran bahasa Inggris, dan kursus komputer dan kejuruan.

"Kami tidak akan menerima pembunuhan warga sipil tak berdosa yang terang-terangan dan tidak perlu ini. Orang-orang juga tidak akan menerimanya. Mereka yang berada dalam pasukan jahat (militer Myanmar) ini akan mati saat waktunya tiba," tuturnya, melansir Myanmar Now, Senin 10 Mei.

Sebelum membelot, Mayor Hein Thaw Oo berdinas di Light Infantry Division 99 militer Myanmar selama 20 tahun. Ia memutuskan untuk membelot dari dari kesatuan yang berbasis di Kota Meiktila itu pada akhir Maret lalu. 

"Pertempuran dengan pasukan rezim militer dapat dimulai kapan saja, tambah mayor. Tidak ada yang bisa diatur dengan pertempuran. Mungkin mereka akan mendatangi Anda dan mungkin Anda akan mendatangi mereka. Itu bisa terjadi hari ini atau besok," tukasnya.

Untuk diketahui, pasukan rezim militer Myanmar telah menewaskan lebih dari 770 orang termasuk puluhan anak-anak selama serangan terhadap pengunjuk rasa dan lainnya sejak Februari, menurut penghitungan oleh Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik.

Salah satu rekrutan pada hari Sabtu adalah seorang pemuda yang melarikan diri dari Bago setelah selamat dari pembantaian di sana bulan lalu di mana 82 orang tewas, menurut kelompok bantuan lokal.

Setelah tentara mengambil alih lingkungan Kota Ponnasu, Hmor Kan dan Sosialis pada 9 April, mereka mulai menculik dan menyiksa kaum muda tanpa pandang bulu.

Beberapa warga memutuskan untuk meninggalkan kota untuk bergabung dengan perlawanan bersenjata.

"Mereka yang menggertak dan menyiksa orang dan berani membunuh orang. Saya harap mereka juga siap untuk mati," tukas Hein Thaw Oo.

Hein Thaw Oo menambahkan, dia bersedia untuk bergabung dengan organisasi mana pun yang akan bekerja menuju negara tanpa kediktatoran, dan aliansi dengan beberapa organisasi telah dibentuk.

Untuk diketahui, Pemerintah Persatuan Nasional, yang dibentuk oleh anggota parlemen yang digulingkan, telah bernegosiasi dengan kelompok etnis bersenjata dengan tujuan membentuk tentara federal untuk melawan rezim kudeta. Pada tanggal 5 Mei diumumkan pembentukan Angkatan Pertahanan Rakyat.

Diumumkan oleh Wakil Menteri Pertahanan bayangan Khin Ma Ma Myo, 'Pasukan Pertahanan Rakyat' nasional yang akan berfungsi sebagai pelopor dari 'Tentara Persatuan Federal' dari pasukan demokrasi, termasuk etnis minoritas.

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.