Ratusan Polisinya Membelot, Rezim Militer Myanmar Surati India untuk Menahan dan Memulangkan Mereka
Polisi Myanmar menghadapi pengunjuk rasa anti kudeta militer Myanmar. (Twitter/@SellieSwan)

Bagikan:

JAKARTA - Rezim militer Myanmar mengirim surat permohononan penahanan dan pemulangan personil kepolisiannya, yang menghindari perintah rezim dengan melarikan diri ke India, pada Sabtu 6 Maret. 

Hal ini diungkapkan oleh seorang pejabat senior di Champhai, Distrik Negara Bagian Mizoram, India kepada Reuters. Surat tersebut dikatakannya berasal dari pejabat di Distrik Falam, Myanmar, yang meminta pengembalian delapan polisi Myanmar, untuk menjaga hubungan persahabatan. 

Wakil Komisaris Maria C.T. Zuali mengatakan, pihaknya 'menunggu arahan' dari Kementerian Dalam Negeri India di New Delhi. Kendati, ada beberapa polisi Myanmar yang membelot dan bergabung dalam unjuk rasa menentang militer. Tapi, ini kasus pertama yang dilaporkan polisi melarikan diri dari Myanmar.

Dalam surat tersebut, pihak berwenang Myanmar mengatakan mereka memiliki informasi tentang delapan personel polisi yang telah menyeberang ke India. Surat tersebut mencantumkan rincian empat polisi, berusia antara 22 dan 25 tahun, termasuk seorang petugas wanita.

"Untuk menjalin hubungan persahabatan antara kedua negara tetangga, Anda dengan hormat diminta untuk menahan 8 personel polisi Myanmar yang telah tiba di wilayah India dan menyerahkannya ke Myanmar," bunyi surat tersebut.

Belum ada tanggapan dari Kementerian Dalam Negeri India terkait hal ini. Sementara, Kementerian Luar Negeri India mengaku masih memastikan fakta. 

Diketahui, sedikitnya 30 personil kepolisian Myanmar bersama anggota keluarganya, memilih untuk membelot dan meninggalkan Myanmar melalui wilayah perbatasan. Mereka 'mencari perlindungan', setelah memilih untuk tidak mengikuti perinyah rezim. 

Sementara itu, lebih dari 600 polisi Myanmar diketahui telah membelot dan bergabung dengan aksi pembangkangan sipil (CDM), menolak kudeta rezim militer Myanmar. 

Seorang petugas di naypyitaw mengatakan, hal ini dipengaruhi dengan partisipasi Kepala Polisi Khusus Intelijen Tin Min Tun dalam CDM, dan mengumumkan penentangannya terhadap rezim militer Myanmar melalu Facebook awal pekan lalu. 

“Saya tidak lagi ingin mengabdi di bawah rezim militer. Saya telah bergabung dengan pegawai negeri yang berpartisipasi dalam CDM,” tulisnya. 

Terpisah, seorang perwira rezim yang enggan disebut namanya mengatakan, belum ada perintah terkait dengan para polisi yang membelot dan bergabung dalam unjuk rasa anti kudeta militer Myanmar

“Masih belum ada perintah untuk mengambil tindakan terhadap polisi yang telah bergabung dengan CDM. Para komandan hanya meminta untuk membawa mereka kembali, membujuk mereka untuk kembali ke tugas mereka dan menyelesaikan masalah mereka,” sebutnya kepada The Irrawaddy.

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.