Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah China telah memperkenalkan sistem perizinan baru untuk perusahaan game domestik dan internasional. Sistem yang berpotensi menyulitkan, karena harus memasukkan ideologi komunis dan berkontribusi dalam mempromosikan budaya China.

Selain alasan ideologis dan promosi budaya, penerapan aturan baru lisensi ini secara ekonomi dapat dilihat sebagai upaya untuk melindungi industri game dalam negeri dari serbuan game-game asing.

"Kami tidak akan bisa mendapatkan lisensi penjualan lagi tahun ini. Sepertinya pemerintah China mengatakan akan menerapkan sistem baru sebagai senjata untuk melindungi industri game dalam negerinya," kata sebuah sumber, melansir Koreatimes.

Menurut laporan mingguan Badan Konten Kreatif Korea (KCCI), Selasa 4 Mei, Departemen Propaganda dari Komite Sentral Partai Komunis China lewat peraturan barunya memberlakukan lima kriteria, di mana permaian akan diveluasi dari 0 hingga 5, meliputi ideologi, makna budaya, orisinalitas, kualitas dan tingkat pengembangan.

Sebuah permainan membutuhkan rata-rata tiga poin di semua kategori untuk sebuah lisensi dan jika menerima nol dalam kategori individu mana pun, itu akan secara otomatis dikecualikan.

ilustrasi game
Ilustrasi. (Wikimedia Commons/NeocoreGames)

Departemen Propaganda mengatakan, sistem baru ini bertujuan untuk memberikan pedoman khusus yang akan membantu perusahaan game mempromosikan makna budaya dan cita-cita politik China dalam permainan mereka.

Namun, perusahaan lokal berpendapat Beijing menggunakan permainan untuk memperkuat argumennya, terkait klaim semisal beberapa ikon budaya Korea, hanbok dan kimchi, berasal dari China.

Baru-baru ini, sebuah permainan China menampilkan bintang pop Korea IU mengenakan kostum tradisional dari Dinasti Qing, yang terlihat hampir identik dengan hanbok, pakaian tradisional Korea.

November lalu, game China lainnya 'Shining Nikki' juga meluncurkan item hanbok untuk karakter game-nya, untuk merayakan peluncuran layanannya di Korea, membuat pengguna China menduga bahwa hanbok berasal dari budaya mereka sendiri. 

Paper Games, operator 'Shining Nikki' mengumumkan, mereka menutup server di Korea Selatan bulan berikutnya, karena kontroversi yang timbul dari peluncuran item hanbok ini.

"Kontroversi seperti itu membuat pemerintah China mengambil tindakan. Peraturan baru ini berarti tidak akan mengimpor game apa pun yang menentang Sinosentrisme," ungkap sumber industri. 

"Kami mengharapkan sesuatu dari China, tetapi ini konyol. Seolah-olah kami harus membuat permainan untuk China," imbuhnya.

Untuk diketahui, selama empat tahun terakhir, pemerintah China sangat ketat dalam menyetujui lisensi penjualan untuk game Korea Selatan. Persetujuan pemerintah Korea atas penyebaran sistem antimisil THAAD Amerika di Seoul pada tahun 2017 memicu balas dendam ekonomi oleh Beijing. Hanya satu game Korea 'Summoners War: Sky Arena' oleh Com2us yang telah dilisensikan untuk dirilis di China sejak saat itu.