Bagikan:

JAKARTA - Korea Utara menembakkan setidaknya satu proyektil tak dikenal ke Laut Timur pada hari Selasa, Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS) mengatakan, hanya beberapa hari setelah Pyongyang mengulurkan prospek pertemuan puncak antar-Korea.

Mengutip Yonhap 28 September, tidak ada rincian lain yang segera tersedia, termasuk apakah proyektil itu adalah rudal balistik yang dilarang di bawah resolusi Dewan Keamanan PBB, berapa banyak yang ditembakkan, di mana peluncuran itu terjadi dan seberapa jauh ia terbang.

Peluncuran itu dilakukan tiga hari setelah Kim Yo-jong, saudara perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, mengatakan Korea Utara dapat menyatakan secara resmi berakhirnya Perang Korea seperti yang disarankan oleh Selatan, membahas kemungkinan pertemuan puncak dengan syarat menanggalkan standar ganda dan sikap bermusuhannya.

Sementara melansir Kyodo News, peluncuran kali ini dilakukan setelah Korea Utara menembakkan dua rudal balistik ke perairan dalam zona ekonomi eksklusif Jepang pada 15 September, dalam uji coba pertama penembakan senjata semacam itu dalam hampir enam bulan.

Menurut analisis Jepang, kedua rudal tersebut mencapai ketinggian sekitar 50 kilometer dan terbang sekitar 750 km sebelum jatuh di perairan Semenanjung Noto.

Diketahui, Korea Utara telah lama menuduh Korea Selatan dan Amerika Serikat melakukan standar ganda, mengklaim tidak masuk akal bagi mereka untuk mencela peluncuran rudal Korea Utara dan uji coba senjata lainnya sebagai 'provokasi' yang dilarang, ketika Seoul dan Washington bebas untuk melakukan tes semacam itu.

Peluncuran Hari Selasa dapat dirancang untuk menguji apakah Selatan masih akan mencapnya sebagai provokasi.

Korea Utara dilarang dari semua kegiatan rudal balistik di bawah resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, meskipun Pyongyang mengklaim mereka bertujuan untuk meningkatkan pertahanan diri terhadap ancaman yang ditimbulkan oleh Korea Selatan dan Amerika Serikat.

Jika proyektil itu dipastikan sebagai rudal balistik, itu akan menandai peluncuran ketiga sepanjang tahun ini, dan uji senjata utama keenam yang diketahui jika uji tembak rudal jelajah diperhitungkan.

Pada 15 September, Korea Utara menguji coba dua rudal jarak pendek, yang diyakini sebagai versi Iskander, ke Laut Timur, yang datang hanya beberapa hari setelah meluncurkan rudal jelajah jenis baru.

Sementara, pembicaraan denuklirisasi antara Amerika Serikat dan Korea Utara terhenti. Pemerintah Presiden Biden telah mengatakan siap untuk mengadakan pembicaraan dengan Korea Utara di mana saja, kapan saja, tetapi Pyongyang tetap tidak menanggapi tawaran AS.