Bagikan:

JAKARTA - Korea Utara menembakkan proyektil tak dikenal ke arah Laut Timur pada Kamis, kata militer Korea Selatan, dalam peluncuran keenam Pyongyang tahun ini.

Kepala Staf Gabungan (JCS) militer Korea Selatan mengumumkan peluncuran itu dalam pesan teks yang dikirim ke wartawan. Namun, belum ada penjelasan lebih jauh terkait ini, mengutip Korea Times 27 Januari.

Pyongyang tampaknya melakukan uji coba penembakan setidaknya dua rudal jelajah dari daerah pedalaman Selasa, menyusul empat putaran uji coba senjata yang dilaporkan, termasuk peluncuran rudal hipersonik pada 5 dan 11 Januari.

Peluncuran baru-baru ini di Korea Utara terjadi ketika Amerika Serikat telah meningkatkan tekanan sanksi di tengah kebuntuan yang berkepanjangan dalam negosiasi nuklirnya dengan rezim yang bandel.

Melansir Reuters, Korea Utara mengatakan bulan ini akan memperkuat pertahanannya terhadap Amerika Serikat, mempertimbangkan untuk melanjutkan "semua kegiatan yang ditangguhkan sementara". Sebuah referensi yang jelas untuk moratorium uji coba senjata nuklir dan rudal jarak jauh yang diberlakukan sendiri.

Serangkaian uji coba rudal telah menuai kecaman dari pemerintah di Amerika Serikat dan Jepang, memicu pertemuan Dewan Keamanan PBB, yang telah memberikan sanksi kepada Korea Utara karena melanggar resolusi yang melarang uji coba rudal balistik.

Merespon uji coba yang dilakukan, Pemerintahan Presiden AS Joe Biden memberikan sanksi kepada beberapa individu dan entitas Korea Utara dan Rusia bulan ini, atas tuduhan mereka membantu program senjata Korea Utara. Tetapi, China dan Rusia menunda upaya AS untuk menjatuhkan sanksi PBB pada lima warga Korea Utara.

Rabu kemarin, Wakil Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Jepang dan Korea Mark Lambert mengatakan bahwa Washington "tidak keberatan" berbicara dengan Korea Utara dan bersedia bertemu di mana saja dan membicarakan apa saja.

"Kita harus melakukan diskusi serius tentang denuklirisasi Korea Utara, dan jika Korea Utara bersedia melakukan itu, segala macam hal yang menjanjikan dapat terjadi," ujarnya dalam webinar yang diselenggarakan oleh Center for Strategic and International Studies yang berbasis di Washington, AS.

Untuk diketahui, Korea Utara mempertahankan uji coba misilnya sebagai hak kedaulatannya untuk membela diri, mengatakan sanksi AS membuktikan sekali pun Washington mengusulkan pembicaraan, ia mempertahankan kebijakan "bermusuhan" terhadap Pyongyang.

Korea Utara belum meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM) jarak jauh atau menguji senjata nuklir sejak 2017, tetapi mulai menguji sejumlah rudal jarak pendek setelah pembicaraan denuklirisasi terhenti setelah pertemuan puncak yang gagal dengan Amerika Serikat pada 2019.