Presiden Korea Selatan Serukan Pernyataan Akhir Perang Korea, Pyongyang: Terlalu Dini
Ilustrasi Kim Il Sung Square di Korea Utara. (Pixabay/gfs_mizuta)

Bagikan:

JAKARTA - Seruan Korea Selatan untuk mendeklarasikan berakhirnya secara resmi Perang Korea masih terlalu dini karena tidak ada jaminan bahwa hal itu akan mengarah pada penarikan 'kebijakan bermusuhan AS' terhadap Pyongyang, media pemerintah Korea Utara KCNA melaporkan pada hari Jumat, mengutip Wakil Menteri Luar Negeri Ri Thae Song.

Presiden Korea Selatan Moon Jae-in pada Hari Selasa pekan ini, mengulangi seruan untuk mengakhiri Perang Korea secara resmi dalam pidatonya di Majelis Umum PBB, mengusulkan agar kedua Korea dengan Amerika Serikat AS, atau dengan Amerika Serikat dan China, membuat deklarasi semacam itu.

Kedua Korea diketahui secara teknis masih berperang setelah konflik 1950-1953 mereka berakhir dengan gencatan senjata daripada perjanjian damai.

"Tidak ada yang akan berubah selama keadaan politik di sekitar DPRK tetap tidak berubah dan kebijakan permusuhan AS tidak diubah, meskipun penghentian perang dinyatakan ratusan kali," kata Ri mengutip Reuters dari KCNA Jumat 24 September, menggunakan nama resmi Korea Utara.

"Penarikan AS dari standar ganda dan kebijakan bermusuhan adalah prioritas utama dalam menstabilkan situasi semenanjung Korea dan memastikan perdamaian di atasnya," sambungnya.

Dalam pernyataannya, Ri menyebut situasi yang sebenarnya membuktikan bahwa adopsi deklarasi penghentian perang adalah sesuatu yang prematur.

"Seluruh dunia tahu bahwa peluncuran uji coba ICBM Minuteman-3 di pangkalan angkatan udara Vandenberg di California di daratan AS pada Februari dan Agustus tahun ini, deklarasi tergesa-gesa penghentian pedoman rudal AS-Korea Selatan pada Mei tahun ini dan persetujuan AS untuk penjualan perangkat keras militer senilai miliaran dolar ke Jepang dan Korea Selatan semuanya ditargetkan terhadap DPRK," papar Ri, mengutip KCNA.

Ri pun menyebut, Korea Utara mengikuti dengan waspada keputusan AS baru-baru ini untuk mentransfer teknologi pembangunan kapal selam nuklir ke Australia.

Menurutnya, selama masih ada kebijakan permusuhan AS terhadap DPRK, batu sandungan terbesar dalam mengakhiri perang, penghentian perang hanya akan bersifat nominal meski sudah diumumkan.

"Semua fakta ini membuktikan bahwa masih terlalu dini untuk menyatakan berakhirnya perang," tandasnya.

Pada Hari Selasa, Presiden AS Joe Biden berpidato di depan majelis PBB dan mengatakan Amerika Serikat menginginkan 'diplomasi berkelanjutan', untuk menyelesaikan krisis seputar program nuklir dan rudal balistik Korea Utara.

Sementara, Korea Utara telah menolak tawaran AS untuk terlibat dalam dialog dan kepala pengawas atom PBB mengatakan minggu ini, program nuklir Pyongyang akan berjalan penuh.

Pekan lalu, kedua Korea melakukan uji coba peluncuran rudal, dengan Pyonyang meluncurkan rudal jelajah dan rudal berbasis kereta. Sementara Seoul sukses meluncurkan SLBM buatan dalam negeri.