Pidato di PBB, Presiden Jokowi Tekankan Perlunya Penataan Ulang Arsitektur Ketahanan Kesehatan Global
Presiden Joko Widodo saat menyampaikan pidato virtual dalam Sidang Majelis Umum ke-76 PBB. (Tangkapan layar YouTube channel Kementerian Luar Negeri Indonesia)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo menyebut dunia memerlukan mekanisme baru ketahanan dan kesehatan global, berkaca dari kondisi yang terjadi selama pandemi COVID-19, dalam pidato pada Sidang Majelis Umum ke-76 PBB.

Presiden mengatakan, kita memberikan harapan pandemi COVID-19 akan bisa tertangani dengan cepat, adil dan merata. Kemampuan dan kecepatan antar negara dalam mengatasi COVID-19, termasuk vaksinasi sangat timpang.

Selain itu, politisasi dan diskriminasi vaksin masih terjadi. Hal ini harus bisa diselesaikan dengan langkah nyata. Menurutnya, di masa depan dunia harus menata ulang arsitektur ketahanan kesehatan global.

"Diperlukan mekanisme baru untuk menggalang sumber daya kesehatan global, baik pendanaan, vaksin, obat-obatan, alat kesehatan dan tenaga kesehatan secara cepat dan merata di seluruh negara," ujar Presiden Jokowi dalam pidato virtual yang disiarkan di akun YouTube Kementerian Luar Negeri Indonesia Kamis 23 September.

"Diperlukan standarisasi protokol kesehatan global untuk aktivitas lintas batas negara, misalnya perihal kriteria vaksinasi, hasil tes maupun status kesehatan lainnya," sambungnya.

Presiden mengatakan, pandemi COVID-19 mengingatkan kita tentang pentingnya penyebaran sentra produksi kebutuhan vaksin dunia di banyak negara.

Lebih jauh Presiden Joko Widodo mengatakan, pemulihan ekonomi global hanya bisa berlangsung jika pandemi terkendali dan antar negara bisa bekerja sama, saling membantu untuk pemulihan ekonomi.

"Indonesia dan negara berkembang lainnya membuka pintu seluas3nya untuk investasi berkualitas, yaitu yang membuka banyak kesempatan kerja, transfer teknologi, peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan berkelanjutan," urai Presiden Joko Widodo.