Bagikan:

JAKARTA - Sejumlah pilot Afghanistan didikan Amerika Serikat tengah menanti pertolongan 'pelatihnya', saat mereka tengah tertahan di Tajikistan, menghindari Taliban dan berharap bisa bergabung dengan rekan-rekan militernya yang ada di negara lain.

"Saya ketakutan. Hal-hal terburuk muncul di pikiranku," ujarnya berbicara dengan syarat anonim untuk melindungi diri, mengutip Reuters Kamis 23 September.

Perasaan yang sama juga dialami di tengah meningkatnya kecemasan karena ketidakpastian yang dialami para pilot dan personel Afghanistan lainnya, yang 'ditahan' pemerintah di Tajikistan sejak melarikan diri 15 Agustus tersebut.

Total ada 143 warga Afghanistan yang tertahan di sanatorium di daerah pedesaan pegunungan di luar ibukota Tajikistan, Dushanbe, menunggu dan berharap selama lebih dari sebulan untuk dipindahkan oleh Amerika Serikat.

Setelah terbang ke sana dengan 16 pesawat saat pasukan darat militer mereka hancur di hadapan Taliban yang bergerak maju, orang-orang Afghanistan mengatakan telepon mereka diambil. Mereka awalnya ditempatkan di asrama universitas sebelum dipindahkan pada 1 September.

pilot afghanistan
Ilustrasi pilot Afghanistan. (Wikimedia Commons/Tech. Sgt. Veronica Pierce)

Kontak dengan keluarga sangat terbatas. Meskipun mereka tampaknya ditahan dalam kondisi yang manusiawi, mereka gelisah, tidak pasti tentang masa depan.

"Kami tidak tahu tentang tujuan kami. Kami semua khawatir tentang itu," ujar, menyebut ia dan rekan-rekannya ingin bergabung dengan personel militer Afghanistan lainnya yang sedang diproses untuk visa AS di tempat-tempat seperti Qatar, Uni Emirat Arab, dan Jerman.

"Setiap kali kami bertanya kepada pemerintah Tajikistan, mereka hanya menjawab: 'Tolong tunggu,'" kata pilot kedua, yang berbicara secara terpisah dengan syarat anonim.

Di antara personel militer di fasilitas itu adalah dua wanita Afghanistan, termasuk seorang pilot yang sedang hamil delapan bulan, kata pilot kedua kepada Reuters.

Kehamilan seperti itu akan menjadi alasan penting untuk memindahkan mereka dengan cepat, kata David Hicks, pensiunan brigadir jenderal AS yang membantu memimpin badan amal yang disebut 'Operation Sacred Promise' yang bekerja untuk mengevakuasi dan memukimkan kembali warga Afghanistan.

Ada juga 13 personel Afghanistan di Dushanbe, menikmati kondisi yang jauh lebih santai. Beberapa dari pilot itu mengatakan kepada Reuters, mereka terbang secara terpisah ke negara itu pada 15 Agustus dan tinggal di gedung pemerintah.

angkatan udara afghanistan
Helikopter Mil-Mi 8 AU Afghanistan. (Wikimedia Commons/NATO Mass Communication Specialist/2nd Class Ernesto Hernandez Fonte Public Affairs Specialist)

Berbicara dalam panggilan video, mereka mengatakan bahwa mereka belum melakukan kontak dengan orang-orang Afghanistan di sanatorium. Pilot tidak dapat menjelaskan mengapa kedua kelompok dipisahkan.

Departemen Luar Negeri AS menolak mengomentari pilot di Tajikistan. Kementerian Luar Negeri Tajikistan tidak menanggapi permintaan komentar.

Pilot Afghanistan yang dilatih AS di Tajikistan adalah kelompok besar terakhir personel angkatan udara Afghanistan di luar negeri, yang masih dalam ketidakpastian setelah menerbangkan puluhan pesawat canggih melintasi perbatasan Afghanistan ke negara itu dan Uzbekistan di saat-saat terakhir perang.

Sebelumnya pada Bulan September, kesepakatan yang ditengahi Amerika Serikat memungkinkan sekelompok besar pilot Afghanistan dan personel militer lainnya diterbangkan keluar dari Uzbekistan.

Beberapa pilot berbahasa Inggris di sana khawatir mereka akan dikirim kembali oleh Uzbek ke Afghanistan yang dikuasai Taliban, dibunuh karena menimbulkan begitu banyak korban Taliban selama perang.

Terpisah, penguasa baru Afghanistan mengatakan mereka akan mengundang mantan personel militer untuk bergabung dengan pasukan keamanan negara yang diperbarui dan mereka tidak akan membahayakan.

angkatan udara afghanistan
Ilustrasi pesawat tempur AU Afghanistan. (Wikimedia Commons/MAS1357)

Tawaran itu terdengar hampa bagi pilot Afghanistan yang berbicara dengan Reuters. Bahkan sebelum pengambilalihan Taliban, para pilot terlatih AS yang berbahasa Inggris telah menjadi target utama mereka. Pejuang Taliban melacak mereka dan membunuh mereka di luar pangkalan.

Pilot tidak mengungkapkan kekhawatiran Tajik akan mengirim kelompok ini kembali ke Taliban. Tetapi setelah lebih dari sebulan, pilot dan pendukung mereka mengeluh tentang kurangnya urgensi oleh pihak berwenang untuk memindahkan kelompok itu.

Reuters telah mengetahui bahwa pejabat AS telah mulai mengumpulkan informasi biometrik untuk mengkonfirmasi identitas anggota kelompok, sebagai tanda bahwa bantuan akan segera datang. Upaya serupa di Uzbekistan mendahului pemindahan pilot dari sana.

Orang-orang yang dekat dengan pilot mengatakan Amerika Serikat telah mengumpulkan data biometrik pada sekitar dua pertiga dari kelompok sejauh ini.

Tajikistan mengatakan telah memberikan suaka kepada lebih dari 3.000 keluarga pengungsi dari Afghanistan, total 15.000 orang, dalam 15 tahun terakhir. Sementara, sebuah sumber pemerintah Tajik yang mengetahui situasi tersebut menyalahkan penundaan oleh Amerika Serikat dan Kanada untuk mengeluarkan visa.

Ada pun Pemerintah Tajikistan mengatakan, penyitaan telepon para pilot tersebut untuk keselamatan mereka, karena Taliban dapat melacak posisi para pilot saat menghubungi kelaurga mereka.

"Anda tidak diperbolehkan menggunakan telepon Anda untuk keamanan keluarga Anda," kata seorang pejabat Tajik, menceritakan pilot kedua.

Kendati, kondisi ini terbukdi berdampak secara psikologis, menimblbulkan kekhawatiran yang mengganggu lantaran memikiran keluarga mereka.