Bagikan:

JAKARTA - Evakuasi pasukan Amerika Serikat dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dari Afghanistan, pelajaran bagi semua negara yang berpikir untuk mengizinkan AS dan NATO untuk menyebarkan infrastruktur militer di wilayah mereka, kata Wakil Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Rashid Nurgaliyev dalam sebuah wawancara dengan Rossiyskaya Gazeta.

"Apa yang terjadi di Afghanistan adalah pelajaran yang baik bagi semua orang di dunia yang mau mempercayai WashSington secara membabi buta. Orang Amerika meninggalkan negara itu dan meninggalkan masalah yang mereka ciptakan untuk diselesaikan oleh orang Afghanistan sendiri dan negara-negara di kawasan itu," ujar Nurgaliyev seperti melansir TASS 7 Juni.

"Sekarang mereka dipaksa memikul beban berat ini. Semua negara CIS telah memahami betapa hati-hati mereka seharusnya, mengenai upaya AS dan NATO untuk memasang infrastruktur militer di negara mereka," sambungnya.

Lebih jauh Nurgaliyev juga menunjukkan, Rusia percaya bahwa inisiatif semacam itu tidak dapat diterima dalam bentuk apa pun. Dikatakannya, Washington melakukan berbagai upaya untuk mengacaukan negara-negara di kawasan pasca-Soviet. Dia mengingatkan, pada tahun 2020 Barat tidak menyia-nyiakan upaya dan sarana untuk mengorganisir kudeta di Belarusia.

"Pendukung oposisi Belarusia, dikoordinasikan oleh Barat, mengorganisir aksi protes massa dengan dalih ketidaksepakatan dengan hasil pemilihan presiden. Penindasan upaya revolusi warna di negara itu tidak menenangkan negara-negara Barat. sejumlah negara Eropa telah dengan sangat baik menerima di tempat tinggal mereka apa yang disebut pemimpin oposisi Belarusia, berkeliling dunia dengan seruan untuk melakukan kerusakan maksimum pada tanah air mereka, dan mereka terus memberi mereka politik, organisasi, ideologi dan, yang paling penting dukungan finansial," katanya.

Ditambahkannya, "Washington dan sekutunya telah menggerakkan generasi kejutan yang tidak menyenangkan bagi negara-negara CIS dalam bentuk ancaman terus-menerus terhadap keamanan nasional mereka."

"Evakuasi memalukan Amerika dari Afghanistan membuktikan bahwa AS, seperti gajah di toko China, meninggalkan kehancuran. Tajikistan, Uzbekistan dan republik CIS lainnya menghadapi ancaman migrasi yang tidak terkendali dan perdagangan narkoba dari Afghanistan. Berbagai organisasi teroris internasional dikerahkan, menjadi lebih aktif di daerah perbatasan Tajik-Afghanistan," pungkasnya memperingatkan.

Untuk diketahui, 100 ribu lebih warga sipil, diplomat dan militer Amerika Serikat, negara NATO, warga negara lain termasuk warga Afghanistan, keluar dari negara itu dalam evakuasi besar-besaran pada 14-31 Agustus 2021.

Itu diambil setelah Presiden AS Joe Biden memutuskan menarik seluruh pasukannya dari Afghanistan. Pada 15 Agustus, Taliban berhasil masuk ibukota Kabul dan perlahan mengambilalih kekuasaan.