Latih Pasukan Khusus Afghanistan, NATO Ingin Bangun Pangkalan Militer di Qatar
Ilustrasi militer NATO. (Wikimedia Commons/The U.S. Army)

Bagikan:

JAKARTA - Aliansi militer negara-negara yang tergabung dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), disebut tengah mendekati Qatar untuk membuka pangkalan militer di negara tersebut, setelah aliansi keluar dari Afghanistan.

Rencana ini seperti disebutkan tiga sumber pejabat senior yang mengetahui rencana ini, seiring dengan penarikan pasukan internasional dari Afghanistan. 

Pangkalan militer menjadi isu penting bagi aliansi pasukan internasional dari 36 negara di Afghanistan, seiring masih adanya 'kewajiban' komitmen strategis NATO untuk melatih pasukan khusus Afghanistan. 

"Kami mengadakan pembicaraan untuk mengalokasikan pangkalan di Qatar, terkait pembangunan tempat pelatihan eksklusif bagi anggota senior pasukan Afghanistan," ungkap seorang pejabat senior NATO di Kabul, Afghanistan, seperti melansir Reuters Selasa 15 Juni. 

Komitmen strategis NATO terhadap Afghanistan adalah melatih dan melengkapi pasukan keamanan Afghanistan utnuk memerangi Taliban, yang digulingkan dari kekuasaan pada tahun 2001 dan sejak saat itu melancarkan pemberontakan. 

"Kami telah mengajukan tawaran, tetapi otoritas di Qatar (yang akan) memutuskan apakah mereka nyaman dengan NATO menggunakan wilayah mereka sebagai tempat pelatihan," terang sumber keamanan lain yang berbasis di Washington D.C, Amerika Serikat. 

Sementara, sumber lain seorang diplomat yang berbasis di Kabul menambahkan, proses pelatihan pasukan khusus Afghanistan nantinya akan berlangsung selama empat hingga enam minggu, untuk satu periode latihan.

Belum ada tanggapan resmi terkait kabar pemilihan lokasi pangkalan pasukan aliansi internasional ini dari pihak NATO, Pemerintah Qatar dan Pemerintah Afghanistan.

Awal bulan ini, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan, aliansi internasional tengah mencari cara untuk memberikan pelatihan untuk pasukan keamanan Afghanistan di luar negeri, terutama pasukan operasi khusus. Amerika Serikat, Inggris dan Turki disebut sebagai bagian dari negara NATO yang siap memberikan pelatihan untuk pasukan Afghanistan di Qatar. 

Terpisah, Taliban yang beberapa waktu belakangan terlibat dalam bentrokan bersenjata intensitas tinggi setelah pasukan asing keluar dari Afghanistan, menyebut belum mengetahui rencana pelatihan ini. 

“Dalam kasus tentara Afghanistan yang menerima pelatihan militer di luar negeri. Jika perdamaian ditegakkan, maka mungkin yang terlatih harus dipekerjakan untuk melayani Afghanistan. Tetapi jika mereka datang dan berperang melawan kita dan bangsa mereka, maka tentu saja mereka tidak akan menjadi tentara Afghanistan dipercaya oleh kami," tegas juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid