Waduh, Laporan Sebut Pasukan Komando Afghanistan Didikan Amerika Serikat Rentan Dieksploitasi Iran, China hingga Rusia
Ilustrasi pasukan komando Afghanistan. (Wikimedia Commons/Mass Communication Specialist 2nd Class David Quillen/U.S. armed forces))

Bagikan:

JAKARTA - Mantan personel keamanan Afghanistan dengan pengetahuan sensitif mengenai operasi Amerika Serikat, yang 'tertinggal' saat evakuasi besar-besaran tahun lalu, rentan terhadap perekrutan atau paksaan oleh Rusia, China dan Iran, menurut anggota dewan dari Partai Republik, menuding Pemerintahan Presiden Joe Biden gagal memprioritaskan mereka.

"Ini mengingat laporan beberapa mantan personel militer Afghanistan telah melarikan diri ke Iran," kata perwakilan Partai Republik pada Komite Urusan Luar Negeri DPR AS, dalam laporan peringatan setahun pengambilalihan Kabul oleh Taliban, melansir Reuters 15 Agustus.

Pemerintahan Presiden Biden, kata laporan itu, gagal memprioritaskan evakuasi pasukan komando Afghanistan yang dilatih AS dan unit elit lainnya, dalam operasi penarikan serta evakuasi pasukan AS yang kacau pada 14-30 Agustus 2021 di bandara internasional Kabul.

Tiga belas tentara AS tewas, sementara ratusan warga AS serta puluhan ribu warga Afghanistan yang berisiko tertinggal selama operasi tersebut.

Pemerintah menyebut operasi itu "keberhasilan luar biasa" yang menerbangkan lebih dari 124.000 orang Amerika dan Afghanistan ke tempat yang aman, mengakhiri perang 'tanpa akhir' yang menyebabkan sekitar 3.500 tentara AS dan sekutu, juga ratusan ribu orang Afghanistan tewas.

Tetapi, ratusan pasukan komando yang dilatih AS dan mantan personel keamanan lainnya serta keluarga mereka, tetap berada di Afghanistan di tengah laporan Taliban telah membunuh dan menyiksa mantan pejabat Afghanistan, tuduhan yang dibantah oleh para militan.

Mantan personel itu "dapat direkrut atau dipaksa bekerja untuk salah satu musuh Amerika yang mempertahankan kehadirannya di Afghanistan, termasuk Rusia, China, atau Iran," sebut anggota dewan tersebut dalam laporan.

Ia menyebut kemungkinan itu sebagai, risiko keamanan nasional utama, karena orang-orang Afghanistan tersebut mengetahui taktik, teknik dan prosedur komunitas militer serta intelijen AS.

Beberapa pejabat dan pakar AS mengatakan, Presiden Biden telah berusaha untuk keluar dari Afghanistan tanpa menilai pelajaran perang dengan benar, tanpa pertanggungjawaban atas evakuasi yang kacau.

Laporan itu menggabungkan rincian baru dari operasi ekstraksi dengan kesaksian kongres dan laporan militer serta berita, untuk menunjukkan bagaimana pemerintah mengesampingkan saran komandan AS, gagal untuk merencanakan secara memadai dan mengabaikan pelanggaran Taliban terhadap kesepakatan penarikan tahun 2020.

Dalam temuan lain, dikatakan bahwa pemerintah menunggu sampai berjam-jam sebelum Taliban merebut Kabul untuk membuat keputusan evakuasi penting.

Termasuk juga meminta negara-negara lain untuk menjadi tuan rumah pusat transit bagi ribuan pengungsi Afghanistan yang bekerja untuk pemerintah AS selama 20 tahun intervensi Washington, serta orang lain yang menghadapi risiko pembalasan Taliban.

"Sangat sedikit yang dilakukan untuk mempersiapkan pengambilalihan negara oleh Taliban atau untuk evakuasi," tandasnya.