JAKARTA - Korea Selatan siap memberikan pasokan bantuan kepada Korea Utara atas kerusakan yang disebabkan oleh hujan lebat baru-baru ini.
Tawaran ini menjadi upaya yang jarang dilakukan di bawah pemerintahan Presiden Yoon Suk Yeol kepada negara tetangganya.
Dilansir Reuters, pihak berwenang di Korea Selatan siap untuk membahas pasokan bantuan yang dibutuhkan, skala bantuan dan cara menyalurkannya serta menantikan tanggapan cepat dari Pyongyang, kata Palang Merah Korsel.
Pernyataan tersebut dikeluarkan oleh Kementerian Unifikasi Korea Selatan yang menangani urusan antar-Korea. Palang Merah memimpin pelaksanaan proyek antara kedua Korea yang bersaing di masa lalu, termasuk reuni keluarga yang terpisah dan penyediaan bantuan.
Diberitakan sebelumnya, hujan lebat melanda wilayah barat laut Korea Utara dalam beberapa hari terakhir, membanjiri lebih dari 4.000 rumah di wilayah Sinuiju dan Uiju.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un meninjau daerah yang dilanda banjir dan menyatakan keprihatinan mendalam atas kerusakan yang terjadi.
Wilayah ini terkena dampak hujan lebat akibat Badai Tropis Gaemi dalam beberapa hari terakhir, yang menyebabkan tanah longsor yang menewaskan 12 orang di China selatan dan banjir bandang di wilayah lain.
Ada kemungkinan terjadinya "korban manusia yang signifikan" di Korea Utara, kata seorang pejabat Kementerian Unifikasi pada Kamis, 1 Agustus.
BACA JUGA:
TV Chosun Korea Selatan melaporkan lebih dari 1.100 orang dan sebanyak 1.500 orang tewas atau hilang, mengutip seorang pejabat pemerintah yang tidak disebutkan namanya.
Media pemerintah Korea Utara mengatakan ada upaya yang sedang dilakukan di ibu kota untuk mencegah banjir di Sungai Taedong yang mengalir melalui Pyongyang.
Tawaran bantuan ini muncul ketika hubungan antara kedua Korea, yang secara teknis masih dalam keadaan perang, menjadi tegang di tengah sikap garis keras pemerintah Yoon terhadap Korea Utara.
Sejak akhir Mei, kedua belah pihak terlibat dalam ketegangan terkait peluncuran balon yang membawa sampah ke Korea Utara dan Seoul menanggapinya dengan siaran propaganda di perbatasan, yang membuat marah Korea Utara. Tidak jelas apakah Pyongyang akan menanggapi hal tersebut.