Adik Perempuan Kim Jong-un Marah Atas Komentar Menlu Korsel Terkait Kasus COVID-19 di Korut
Wikimedia Commonsadik perempuan dari Pemimpin Tertinggi Korut Kim Jong-un, Kim Yo-jong (Foto: Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Korea Utara (Korut) mengecam Menteri Luar Negeri (Menlu) Korea Selatan (Korsel) Kang Kyung-wha yang meragukan klaim bahwa Korut tidak memiliki wabah COVID-19. Korut memperingatkan konsekuensi atas komentarnya yang "kurang ajar", kata media pemerintah Korut. 

Pada Sabtu 5 Desember, Kang Kyung-hwa mengatakan bahwa dirinya sulit percaya bahwa Korut tidak memiliki kasus COVID-19. Kang Kyung-hwa menyatakan bahwa meskipun Korut telah melakukan upaya keras untuk mencegah penyakit tersebut, rasanya mustahil tidak ada satu kasus pun. 

Korut sejauh ini belum secara resmi mengonfirmasi adanya COVID-19 di negaranya, meskipun dikatakan ada ribuan kasus yang dicurigai. Korut juga menolak bantuan dari luar, dengan mengatakan bantuan luar negeri dapat meningkatkan risiko wabah COVID-19. 

Melansir Reuters, Rabu 8 Desember, adik perempuan dari Pemimpin Tertinggi Korut Kim Jong-un, Kim Yo-jong, mengeluarkan pernyataan kepada kantor berita resmi KCNA terkait komentar Menlu Korsel. Pejabat senior Partai Buruh tersebut mengatakan pernyataan Menlu Korsel mempertegang hubungan antar-Korea.

“Ini bisa dilihat dari komentar sembrono yang dibuatnya tanpa mempertimbangkan konsekuensi bahwa dia terlalu bersemangat untuk lebih mendinginkan hubungan yang membeku,” kata Kim Yo-jong.

“Kami tidak akan pernah melupakan kata-katanya dan dia mungkin harus membayar mahal untuk itu.”

Kritik Kim Yo-jong terhadap Korsel muncul hampir enam bulan setelah dia mengeluarkan pernyataan dengan kata-kata kasar yang mengancam akan meledakkan kantor penghubung antar-Korea. Ia begitu marah karena adanya pengiriman selebaran anti-Korut oleh para pembelot. 

Presiden Korsel Moon Jae-in dan Kim Jong-un mengadakan tiga KTT pada 2018. Tetapi hubungan tersebut hanya mengalami sedikit kemajuan sejak KTT 2019 yang gagal antara Kim Jong-un dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. 

KCNA mengatakan pekan lalu bahwa Korut telah memberlakukan "tindakan darurat kelas atas" untuk memblokir penyebaran virus corona.  Badan Intelijen Nasional Korsel mengatakan wabah di Korut tidak dapat dikesampingkan karena negara yang terisolasi itu memiliki perdagangan dan pertukaran orang-ke-orang dengan China, tempat virus itu muncul setahun lalu. Pada akhir Januari Korut menutup perbatasannya dengan China. 

Laporan KCNA datang ketika Wakil Menteri Luar Negeri AS Stephen Biegun, orang penting AS di Korut yang telah memimpin pembicaraan denuklirisasi, tiba di Seoul pada Senin 7 Desember malam. Ia melakukan perjalanan terakhir sebelum pemerintahan baru AS di bawah Presiden terpilih Joe Biden berjalan.