AS Beri Imbalan untuk Pihak yang Miliki Informasi bahwa China Langgar Sanksi Korut
Pemimpin tertinggi Korut, Kim Jong Un (Sumber: Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Amerika Serikat (AS) menuduh China melakukan "pelanggaran mencolok" atas kewajibannya memberlakukan sanksi internasional terhadap Korea Utara (Korut). AS menawarkan hadiah hingga 5 juta dolar AS untuk mereka yang bisa memberikan informasi tentang China yang melakukan penghindaran sanksi untuk Korut.

Melansir Reuters, Kamis, 3 Desember, Wakil Asisten Sekretaris untuk Korut Alex Wong menuduh China berusaha membatalkan sanksi PBB yang bertujuan membujuk Korut menyerahkan senjata nuklirnya. Wong memperingatkan sanksi baru AS terhadap individu dan entitas yang berbasis di China sebagai tanggapan pelanggaran tersebut.

“Kami telah memberlakukan banyak sanksi semacam itu di masa lalu, dan saya ingin memberi tahu Anda, lebih banyak lagi yang akan datang,” tegas Wong.

Wong juga mengatakan Departemen Luar Negeri meluncurkan situs web di mana orang dapat memberi informasi tentang China yang melakukan penghindaran sanksi untuk Korut. Bagi mereka yang mampu memberikan informasi akan diberi imbalan hingga 5 juta dolar AS atau Rp70 miliar.

Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan China selalu menerapkan sanksi dengan serius. Namun ia mengatakan negara-negara lain seharusnya lebih peduli tentang bagaimana sanksi telah mempengaruhi kemanusiaan di Korut.

Wong mengatakan China terus menampung setidaknya 20 ribu pekerja asal Korut dan melanggar larangan PBB. Pada 2019, AS telah mengamati kapal-kapal yang membawa batu bara atau barang-barang yang masuk dalam daftar sanksi lainnya dari Korut ke China pada 555 kesempatan terpisah.

"Pada kesempatan ini ... Apakah pihak berwenang China bertindak untuk menghentikan impor ilegal ini," kata Wong kepada Pusat Kajian Strategis dan Internasional AS.

Dia mengatakan China saat ini menjadi tuan rumah bagi puluhan perwakilan Korut yang terkait dengan program senjata atau bank Pyongyang. Perusahaan China terus melakukan bisnis dengan entitas yang dikenai sanksi PBB.

Wong mengatakan China "semakin mengizinkan" perusahaannya untuk melakukan perdagangan dengan Korut dalam spektrum luas barang terlarang PBB, termasuk makanan laut, tekstil, besi dan baja, mesin industri, kendaraan, pasir dan kerikil.

"Di negara lain kami tidak melihat keluasan dan kedalaman aktivitas komersial ilegal yang berkelanjutan dengan Korut, skala yang menempatkan China dalam pelanggaran mencolok terhadap kewajibannya," katanya.

“Mereka berusaha untuk menghidupkan kembali hubungan perdagangan dan transfer pendapatan ke Utara, dengan demikian memastikan jangkauan China ke dalam ekonomi Utara.”

China mengatakan pihaknya mematuhi sanksi PBB terhadap Korut, meskipun juga bersama dengan Rusia, menyatakan harapan bahwa pelonggaran kondisi tersebut dapat membantu memecahkan kebuntuan dalam pembicaraan nuklir antara AS dan Korut.

AS juga menuduh China membantu Korut untuk melakukan pencucian uang dari pencurian dunia maya yang dilakukan untuk mengumpulkan dana program senjatanya. Presiden AS yang sebentar lagi melepas jabatannya, Donald Trump sempat mengadakan pertemuan yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan Pemimpin Tertinggi Korut Kim Jong-un.

Pertemuan tersebut merupakan upaya untuk membujuk Kim Jong-un agar menyerahkan senjata nuklirnya, namun gagal dilakukan. Pada Oktober, Korut meluncurkan salah satu rudal balistik antarbenua bergerak di darat terbesar di dunia. Para ahli mengatakan rudal itu mampu mencapai titik mana pun di AS jika benar-benar dioperasikan.