Mendalami Hasrat Perang Budaya Kim Jong-un yang Tumbuh dari Kuatnya Pengaruh Kpop untuk Milenial Korut
Pemimpin tertinggi Korut, Kim Jong Un (Sumber: Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Sebuah laporan mengatakan bahwa Pemimpin Tertinggi Korea Utara (Korut) Kim Jong-un menggambarkan musik Kpop adalah "kanker ganas." Pernyataan ini semakin membawa rezim Kim Jong-un ke tengah narasi perang budaya.

Mengutip Korea Times, Kim Jong-un menyebut musik pop asal Korea Selatan (Korsel) tersebut "kanker ganas" karena daya rusaknya terhadap anak muda Korut. Pemimpin diktator itu menyerukan perang untuk menghentikannya.

Media pemerintah Korut memperingatkan bisnis hiburan Korsel pada akhirnya akan membuat Korut "hancur seperti dinding yang lembab." Beberapa bulan terakhir Kim Jong-un memang kerap membicarakan perlawanannya terhadap Kpop.

Kim Jong-un bicara ke media, menyampaikan perlawanan pengaruh anti dan non-sosialis di negaranya. Tidak hanya Kpop. Kim Jong-un juga mengutuk produk hiburan lain asal Korsel, termasuk film dan drama.

Kim Jong-un yang panik memerintahkan jajarannya untuk menghilangkan invasi budaya Korsel. Kepanikan Kim Jong-un juga mencerminkan pengaruh luas musik Kpop di Korut.

[TULISAN SERI: Industri Film Korea Utara yang Dibangun dari Propaganda dan Penculikan Sutradara Korea Selatan Shin Sang Ok]

Menurut survei tentang pembelot Korut yang dilakukan Institut Studi Perdamaian dan Unifikasi Universitas Nasional Seoul pada 2018 menunjukkan 41,4 persen responden mengaku sering menyaksikan program TV, film, drama, dan lagu Korsel. Sementara, 40,2 persen menyatakan hanya sekali atau dua kali menyaksikan hiburan tersebut.

Hanya 18,4 persen yang mengaku tidak memiliki pengalaman sama sekali. Seorang tentara Korut bernama Oh Chong-song, yang melarikan diri ke Korsel dengan melintasi perbatasan melalui area keamanan bersama (JSA) di zona demiliterisasi (DMZ) pada November 2017, juga mengaku menyimpan sekitar 500 lagu Kpop di perangkat USB dan mendengarkannya.

Propaganda Korut yang mengklaim orang Korsel hidup seperti pengemis tidak lagi berhasil. Akibatnya, Kim Jong-un dan pihak berwenang lain beralih ke tindakan yang lebih keras.

Generasi milenial jadi tantangan Kim Jong-un

Ilustrasi foto (Oguz Serbet/Unsplash)

Generasi Milenial mungkin tantangan tersendiri bagi Kim Jong-un. Mereka yang masih muda kini lebih melek informasi dan tidak takut mencari informasi lebih luas.

Apalagi, di tengah pandemi COVID-19 keadaan ekonomi semakin memburuk. Kim Jong-un harus terus menjaga kehormatannya sebagai pemimpin tertinggi di Korut.

Kim Jong-un pun semakin keras menerapkan ideologinya. "Dia (Kim Jong-un) harus menegaskan kembali kontrol ideologisnya pada kaum muda jika dia tidak ingin kehilangan pondasi untuk masa depan pemerintahan dinasti keluarganya," kata seorang pembelot yang menyelundupkan barang Kpop ke Korut, Jung Gwang-il.

Kim Jong-un menerapkan undang-undang baru tentang hukuman bagi orang yang menonton tontonan yang berasal dari Korsel, Amerika Serikat (AS), atau Jepang. Siapapun yang tertangkap memiliki sejumlah besar media dari Korsel, AS dan Jepang, akan diganjar hukuman mati.

Pemimpin Korut Kim Jong-un (Sumber: Antara)

Sementara, bagi mereka yang kedapatan menonton akan dihukum penjara selama 15 tahun. Hukuman tersebut lebih berat dari hukuman sebelumnya, yakni lima tahun penjara.

Ada juga undang-undang (UU) baru berkaitan dengan Korsel. UU itu menyatakan jika ada warga yang "berbicara, menulis, atau bernyanyi" dengan gaya Korsel akan mendapat hukuman kerja paksa hingga dua tahun.

Daily NK, situs web berita berbahasa Korea yang berbasis di Seoul dan mengkhususkan diri dalam pemberitaan Korut melaporkan sebanyak empat warga Korut berusia awal 20-an dijatuhi hukuman antara sepuluh hingga 12 tahun di kamp kerja paksa karena menonton drama Korsel.

Sementara itu, tiga orang remaja dikirim ke kemah pendidikan ulang karena memiliki potongan rambut seperti idol Kpop. Tidak hanya itu, ketiganya juga menjahit celana mereka di atas engkel kaki.

"Bagi Kim Jong-un, invasi budaya dari Korsel melampaui tingkat yang dapat ditoleransi," kata Jiro Ishimaru, pemimpin redaksi Asia Press International, sebuah situs web di Jepang yang memantau Korut.

Kim Joung-un pernah undang idol Kpop

Tindakan keras Kim Jong-un terhadap Kpop kali ini sangat berbeda dari dua tahun silam. Pada April 2018, girlgroup Korsel, Red Velvet terbang ke Pyongyang selama akhir pekan untuk dua pertunjukan di Ibu Kota Korut, Pyongyang.

Diberitakan Billboard, Kim Jong-un bersama istrinya, Ri Sol-ju dan adiknya, Kim Yo-jong lalu melakukan kunjungan kejutan di pertunjukan tersebut. Selama pertunjukan, Kim Jong-un bertepuk tangan lalu berjabat tangan dengan para member Red Velvet.

Kim Jong-un juga sempat berfoto dengan Red Velvet setelah penampilan. Dalam laporan media, disebutkan bahwa Kim Jong-un mengatakan bahwa dia "sangat tersentuh melihat orang-orang kami dengan tulus memuji pertunjukan tersebut, memperdalam pemahaman tentang seni populer dari sisi Selatan,” kata Kantor Berita Pusat Korut.

Rekaman singkat media Korsel menunjukkan Kim Jong-un bertepuk tangan dari tribun VIP lantai dua. Tepuk tangan itu dilakukan bersamaan dengan saat Menteri Kebudayaan Korsel Do Jong-hwan membungkuk dan menyapa penonton Korut yang melihat dari lantai pertama.

“Kita harus sering mengadakan pertunjukan budaya dan seni,” kata Kim Jong-un.

Pemimpin Tertinggi Korut Kim Jong-un dan Presiden Korsel Moon Jae-in (Sumber: Wikimedia Commons)

Kim Jong-un juga meminta agar memberi tahu Presiden Korsel Moon Jae-in bahwa kedua Korea harus mengadakan acara serupa di Seoul pada musim gugur. “Ada suatu ketertarikan terkait apakan saya akan datang dan melihat Red Velvet," kata Kim Jong-un.

"Saya awalnya berencana untuk menghadiri pertunjukan yang diselenggarakan pada lusa. Tetapi saya datang ke sini hari ini setelah menyesuaikan jadwal saya ... Saya berterima kasih atas hadiah semacam ini kepada warga Pyongyang,” tambah Kim Jong-un.

[TULISAN SERI: Kemajuan Drakor di Bawah Bayang Patriarki dan LGBT]

Pengalaman terkait budaya Korsel juga pernah dialami ayah dari Kim Jong-un, Kim Jong-il. Pada 2007, Presiden Korsel saat itu, Roh Moo-hyun, menghadiahkan Kim Jong-il puluhan disc drama Korsel.

Salah satu dari disc itu berisikan drama paling populer di Korsel, yaitu Jewel in the Palace. Drama tersebut menceritakan tentang seorang juru masak untuk keluarga kerajaan pada hari-hari ketika Korea bersatu dan dibintangi oleh Lee Yong-ae, yang mana adalah aktris favorit Kim Jong-il.

*Baca Informasi lain soal KPOP atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.

BERNAS Lainnya