Adik Perempuan Kim Jong-un Tak Masuk Daftar Baru Politbiro Partai, Ragam Sinyal Mengemuka
Kim Jong-un (Sumber: Commons Wikimedia)

Bagikan:

JAKARTA - Nama saudara perempuan Pemimpin Tertinggi Korea Utara (Korut) Kim Jong-un, Kim Yo-jong, hilang dari daftar baru politbiro kuat Partai Buruh. Hal tersebut disampaikan langsung oleh media pemerintah Korut, KCNA.

Kabar itu mengindikasikan sinyal beragam tentang statusnya setelah bertahun-tahun meningkatkan pengaruh Korut. Mengutip Reuters, Senin, 11 Januari, Partai Buruh mengadakan sebuah pemilihan pada Minggu, 10 Januari 2021 untuk Komite Sentral selama kongres yang sedang berlangsung.

Kongres ini memetakan tujuan kebijakan diplomatik, militer dan ekonomi selama lima tahun ke depan. Meski demikian Kim Yo-jong tetap menjadi anggota Komite Sentral, tetapi dia tidak termasuk dalam daftar politbiro.

Hal tersebut mematahkan perkiraan luas dari pengamat Korut. Tidak adanya Kim Yo-jong dalam daftar politbiro tersebut terjadi beberapa hari setelah Kim Yo-jong naik podium kepemimpinan untuk pertama kalinya bersama 38 eksekutif lainnya saat kongres dimulai.

Pengaruhnya tumbuh secara dramatis dalam beberapa tahun terakhir. Ia awalnya adalah sekretaris pribadi pemimpin muda dan kemudian utusan khususnya untuk Korea Selatan (Korsel) dan wakil direktur departemen partai utama. Posisi tersebut bertugas mengawasi urusan personalia dan organisasi.

Pada 2017, Kim Yo-jong menjadi satu-satunya wanita dalam patriarkal Korut yang bergabung dengan politbiro eksklusif. Sebelumnya bibinya, Kim Kyong-hui, dan badan intelijen Korsel pada Agustus 2020 mengatakan bahwa Kim Yo-jong menjabat sebagai "wakil komando de facto."

"Masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan tentang statusnya, karena dia masih anggota Komite Sentral dan ada kemungkinan dia telah mengambil posisi penting lainnya," kata Lim Eul-chul, profesor studi Korut di Universitas Kyungnam, Seoul.

Selain itu, komite memilih Kim Jong-un sebagai Sekretaris Jenderal Partai Buruh, mengambil alih gelar dari mendiang ayahnya. Hal tersebut merupakan langkah yang sebagian besar terlihat simbolis dan bertujuan untuk lebih memperkuat kekuasaannya. Kongres juga "sepenuhnya menyetujui" proposal untuk mempromosikan Kim Jong-un untuk posisi tersebut. 

Kim Jong-un telah memegang kekuasaan yang hampir absolut di Korut yang diperintah secara dinasti sejak kematian ayahnya, Kim Jong-il pada 2011. Pada 2012, Partai Buruh menyebut Kim Jong-il sebagai "sekretaris jenderal abadi" dan Kim Jong-un "sekretaris pertama" di konferensi.

“Pengambilalihan Kim Jong-un menunjukkan keyakinannya bahwa dia sekarang telah resmi bergabung dengan barisan ayah dan kakeknya,” kata Yang Moo-jin, seorang profesor di Universitas Kajian Korut di Seoul.

"Ini juga menunjukkan niat strategisnya untuk memusatkan sistem kepartaian padanya dan memperkuat aturan satu orang memerintah (one man rule)."

Pemilihan itu juga menyoroti kebangkitan Jo Yong-won, yang baru saja diangkat ke dalam lima presidium politbiro kuat dan Komisi Militer Pusat partai yang tangguh. Choe Son-hui, wakil menteri luar negeri yang berperan penting dalam mempersiapkan pertemuan kedua yang gagal dengan Presiden AS Donald Trump pada 2019, diturunkan pangkatnya.

Presiden Korsel Moon Jae-in berjanji untuk membantu merekayasa terobosan dalam pembicaraan denuklirisasi yang macet ketika Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden bersiap untuk menjabat.

Kim Jong-un telah mengatakan dia akan memperluas diplomasi, tetapi juga akan terus mengembangkan senjata termasuk rudal balistik antarbenua 'multi-hulu ledak' (ICBM). Ia juga menyebut AS adalah "musuh terbesar kami."

Militer Korsel mengatakan telah mendeteksi tanda-tanda Korut mengadakan parade militer pada Minggu 10 Januari malam untuk menandai kongres tersebut. Pada Oktober 2020, Korut meluncurkan ICBM baru pada kendaraan pengangkut 11-sumbu pada parade sebelum fajar.