Kim Jong-un Menangis karena Merasa Gagal Bawa Korut Melalui Masa Sulit Akibat Pandemi COVID-19
Pemimpin tertinggi Korut Kim Jong-un (Sumber: Commons Wikimedia)

Bagikan:

JAKARTA - Pemimpin tertinggi Korea Utara (Korut), Kim Jong-un menitikkan air mata ketika menyampaikan permintaan maaf atas kegagalannya membawa negara melalui masa-masa sulit yang diperburuk wabah COVID-19. Tekanan untuk rezimnya meningkat.

Dikutip dari The Guardian, Selasa, 13 Oktober, Jong-un berbicara di parade militer besar yang diadakan pada akhir pekan untuk menandai ulang tahun ke-75 Partai Buruh yang berkuasa. Kim Jong-un melepas kacamatanya dan menghapus air mata. Analis membaca gestur tersebut sebagai indikasi meningkatnya tekanan terhadap rezimnya. 

"Orang-orang kami telah menaruh kepercayaan, setinggi langit dan sedalam laut kepada saya. Tapi saya telah gagal untuk selalu memenuhi itu dengan memuaskan," kata Kim Jong-un, menurut terjemahan dari Korea Times. “Saya sangat menyesal untuk itu.”

Mengutip kakek dan ayahnya --yang mana adalah dua pemimpin Korut, Jong-un melanjutkan: Meskipun saya dipercayakan dengan tanggung jawab penting untuk memimpin negara ini dengan menegakkan tujuan dari rekan-rekan hebat Kim Il-sung dan Kim Jong-il, terima kasih atas kepercayaan semua orang, rakyat, usaha dan ketulusan saya belum cukup untuk menyingkirkan orang-orang dari kesulitan dalam hidup mereka.

Sementara, parade di Pyongyang juga menampilkan peluncuran rudal balistik antarbenua baru dan perangkat keras militer lainnya. Namun analis mengatakan Kim Jong-un telah menggunakan sebagian besar pidatonya untuk bersimpati dengan rakyat Korut. Pidato itu dibumbui dengan kata-kata yang tidak menyenangkan, seperti "tantangan berat", "cobaan yang tak terhitung jumlahnya" dan "bencana yang belum pernah terjadi sebelumnya."

Korut melihat perdagangan dengan China turun secara dramatis karena perbatasan sebagai tanggapan terhadap pandemi, meskipun Pyongyang bersikeras belum mencatat satu kasus pun di negaranya. Sanksi internasional selama bertahun-tahun sebagai tanggapan terhadap program nuklir Korut, ditambah kerusakan yang diakibatkan oleh bencana alam, hanya menambah kesulitan pemimpin diktator tersebut.

Terlepas dari kehadiran pasukan, rudal, tank, dan bukti lain kekuatan militer Korut yang semakin meningkat, Jong-un menawarkan dukungan kepada orang-orang di seluruh dunia yang menderita akibat COVID-19. Pada kesempatan tersebut Jong-un juga menyuarakan harapan akan peningkatan hubungan dengan Korea Selatan (Korsel).

Korsel sebelumnya mengatakan prihatin bahwa parade tersebut tampaknya akan menampilkan rudal balistik jarak jauh terbaru. Kementerian Luar Negeri Korsel meminta Korut untuk melanjutkan pembicaraan denuklirisasi.

Dalam pidatonya, Kim Jong-un juga memperingatkan bahwa dia akan "memobilisasi penuh" kekuatan nuklirnya jika terancam. Meski begitu, Korut menyatakan akan menghindari kritik langsung terhadap Amerika Serikat (AS).