COVID-19 Tingkatkan Agresivitas Korut, Pejabat Korsel yang Masuk Perbatasan Ditembak dan Dibakar Jasadnya
Ilustrasi foto (Nick Bolton/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Seorang pejabat Korea Selatan (Korsel) ditembak mati setelah melintasi perbatasan laut Korea Utara (Korut). Pejabat itu sebelumnya dilaporkan hilang di perairan 1,9 kilometer selatan Kepulauan Yeonpyeong pada 21 September lalu.

Letnan Jenderal Ahn Young-ho, pejabat tinggi di Kepala Staf Gabungan Korsel mengungkap pejabat yang ditembak itu adalah seorang staf Kementerian Kelautan dan Perikanan. Militer Korsel mengutuk keras kekejaman Korut.

Kejam, mereka sebut, lantaran usai ditembak, jasad korban dibakar. Melansir CNN, Kamis, 24 September, peristiwa terjadi di pulau sekitar perbatasan maritim Korut dan Korsel.

Menurut intelijen Korsel, pejabat itu menyeberang ke perairan Korut sebelum pasukan Korut melesatkan tembakan yang menewaskan pejabat tersebut. Korsel mendesak Korut memberi penjelasan dan menghukum pihak yang bertanggung jawab.

"Militer kami mengutuk keras kekejaman seperti itu dan sangat menuntut Korut memberikan penjelasan dan menghukum mereka yang bertanggung jawab," kata Jenderal Ahn Young-ho.

Cegah masuk COVID-19

Komandan militer AS di Korsel mengatakan bahwa pasukan Korut telah diberi "perintah tembak-untuk-membunuh" dalam upaya mencegah masuknya COVID-19 ke negara itu.

"Selain itu, kami dengan tegas memperingatkan bahwa Korut bertanggung jawab atas kekejaman yang dilakukan terhadap warga kami," tambah Ahn Young-ho.

Ketegangan telah meningkat antara Korut dan Korsel sejak komunikasi antara kedua belah pihak terputus pada Juni. Saat itu Korut pertama kali yang menutup, sebelum kemudian meledakkan kantor penghubung bersama di Kaesong, sebuah kota di sisi utara perbatasan.

Kemerosotan hubungan terjadi setelah pemulihan hubungan selama bertahun-tahun yang dipimpin oleh Presiden Korsel Moon Jae-in menghasilkan pertemuan bersejarah antara dirinya dan Pemimpin Tertinggi Korut Kim Jong-un, serta pertemuan puncak antara Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump.

Tetapi pertemuan tersebut pada akhirnya tidak memberikan hasil yang signifikan bagi semua pihak. Korut telah mengambil nada yang semakin keras terhadap tetangga selatannya, perubahan sikap yang terjadi saat saudara perempuan Kim Jong-un, Kim Yo-jong, pindah ke posisi yang lebih berpengaruh dalam rezim.

Peristiwa serupa pernah terjadi sebelumnya pada 2008. Seorang tentara menembak turis asal Korsel di resor ski Kumgang. Pada 2010, 46 pelaut Korsel dan dua marinir Korsel serta dua warga sipil juga dibunuh oleh pihak Korut dalam insiden terpisah.

Korut lalu semakin memandang Korsel sebagai ancaman penularan COVID-19 setelah pada Juli seorang pria yang membelot ke Korsel selama tiga tahun menyeberang kembali ke perbatasan yang diawasi ketat ke Korut. Kedatangan pria tersebut mendorong pejabat Korut untuk melakukan lockdown terhadap kota perbatasan dan mengkarantina ribuan orang karena khawatir mungkin terkena COVID-19.

Pekan lalu, polisi Korsel menangkap seorang pembelot yang menurut mereka telah mencoba kembali ke Korut dengan membobol tempat pelatihan militer di Cheorwon, Korsel.