Bagikan:

JAKARTA - Militer Korea Utara mengatakan pada Hari Rabu, pemutusan seluruh jalan dan rek kereta yang terhubungan dengan Korea Selatan merupakan langkah membela diri untuk mencegah perang sekaligus menjaga keamanan negara itu.

Militer Korut mengumumkan akan memutus semua jalur jalan dan rel kereta yang terhubung ke Korea Selatan dan memperkuat perbatasannya.

Dalam pernyataan yang dilaporkan oleh kantor berita negara Korea Utara KCNA, Staf Umum Tentara Rakyat Korea Utara (KPA) mengumumkan sebuah proyek akan dimulai untuk memutus jalan dan rel kereta api yang menghubungkan Korea Selatan, sekaligus memperkuat daerah-daerah terkait di sisinya dengan struktur pertahanan yang kuat.

"Bagi tentara kami, menutup dan memblokir perbatasan selatan secara permanen dengan ROK, negara musuh utama dan musuh utama kami yang tidak berubah-ubah, dalam situasi saat ini merupakan tindakan membela diri untuk mencegah perang dan menjaga keamanan DPRK," bunyi pernyataan tersebut, dilansir dari The Korea Times 10 Oktober.

ROK adalah Republik Korea, nama resmi Korea Selatan. Sementara DPRK merupakan singkatan dari Republik Rakyat Demokratik Korea, nama resmi Korea Utara.

Korea Utara juga mengatakan telah memberi tahu militer Amerika Serikat di Korea Selatan tentang rencana tersebut pada pukul 9:45 pagi, dengan tujuan untuk menghindari kesalahpahaman atau konflik yang tidak disengaja.

perbatasan korea utara korea selatan
Perbatasan Korea Utara Korea Selatan. (Wikimedia Commons/대한민국 국군/Republic of Korea Armed Forces)

Pyongyang menekankan, langkah tersebut merupakan "tindakan yang lebih tegas dan lebih kuat" dalam menanggapi apa yang digambarkannya sebagai "situasi militer yang akut" di Semenanjung Korea, mengutip latihan militer Korea Selatan di dekat perbatasan dan seringnya penempatan aset strategis Washington di wilayah tersebut, serta ancaman yang dibuat oleh "para maniak perang" untuk mengakhiri rezim Korea Utara.

Sementara itu, Hong Min, peneliti senior di Institut Korea untuk Penyatuan Nasional mengatakan, pengumuman pada Hari Rabu untuk memutus jalan dan jalur kereta api tidak menandakan perubahan signifikan dalam operasi logistik, karena upaya konstruksi serupa telah berlangsung selama berbulan-bulan.

Sejak Juni, tentara Korea Utara telah terlihat menggali dan membangun jalan di wilayah utara Garis Demarkasi Militer (MDL), yang memicu spekulasi Pyongyang mungkin sedang membangun tembok panjang atau bangunan pertahanan di dekat perbatasan.

Sedangkan Yang Moo-jin, presiden Universitas Studi Korea Utara, menilai pengumuman terbaru tersebut ditujukan untuk memformalkan proyek-proyek Korea Utara yang sedang berlangsung di dekat perbatasan.

"Pemutusan jalur kereta api dan penguatan perbatasan darat merupakan perluasan dari kegiatan yang telah mereka lakukan. Namun, pernyataan yang dikeluarkan oleh Staf Umum KPA, yang setara dengan Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS), merupakan konfirmasi resmi kepada dunia luar tentang operasi yang sedang berlangsung dan operasi mendatang," jelas Yang.

Ia juga menekankan, pejabat di Seoul harus memantau dengan saksama apakah rezim Kim mengisyaratkan adanya potensi perubahan di perbatasan lautnya, yang dapat menjadi langkah selanjutnya setelah penguatan perbatasan darat.

Terpisah, JCS Korea Selatan mengatakan keputusan Pyongyang untuk memutus jalur kereta api "bukan sesuatu yang perlu diperhatikan."

"Pernyataan Korea Utara baru-baru ini tentang penutupan jalan, setelah sebelumnya berupaya melemahkan rezim gencatan senjata di DMZ, tidak lebih dari sekadar tindakan putus asa yang berasal dari ketidakstabilan rezim Kim Jong-un yang gagal, dan ini hanya akan mengarah pada isolasi yang lebih parah," katanya dalam sebuah pernyataan.