Lamban Tangani Wabah Baru COVID-19, Pemerintah China Hukum Puluhan Pejabat di Empat Provinsi
Ilustrasi COVID-19 di China. (Wikimedia Commons/zhizhou deng)

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah China menghukum lebih dari 30 pejabat di empat provinsi yang dilanda epidemi, lantaran dinilai lamban dalam merespon wabah COVID-19 terbari di seluruh China.

Mereka yang dihukum antara lain, wakil walikota, pemimpin distrik, kepala komisi kesehatan setempat, staf manajemen rumah sakit dan pejabat dari sektor bandara dan pariwisata.

Wabah baru COVID-19 di China yang digambarkan sebagai paling serius setelah Wuhan tahun lalu, telah mencapai 1.507 kasus yang dikonfirmasi pada akhir Sabtu, mengutip Global Times Minggu 8 Agustus.

Mantan Menteri Kesehatan China Gao Qiang, menekankan pentingnya menutup celah dalam menangkal infeksi impor dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada Hari Sabtu, menyatakan keyakinannya China mampu mengatasi wabah ini dengan cepat, seperti halnya tahun 2020 lalu.

Para ahli mengatakan, hukuman bagi pejabat yang tidak kompeten dalam pekerjaan pengendalian epidemi adalah tindakan yang tepat, karena pertempuran anti-epidemi tidak boleh memberikan celah, kesalahan, atau kelalaian oleh mereka yang bertanggung jawab atas pekerjaan tersebut.

Di Nanjing, ibu kota Provinsi Jiangsu, China Timur, tempat wabah terbaru dimulai, setidaknya 15 pejabat menerima hukuman pada Hari Sabtu, termasuk wakil wali kota Hu Wanjin, Komisi Kesehatan Nanjing Fang Zhongyou, serta kepala pengendalian anti-epidemi di Bandara Internasional Nanjing Lukou, Wang Chao. Pencegahan dan pengendalian epidemi yang tidak efektif di bandara ternyata telah memicu wabah tersebut.

Sementara, di kota wisata Zhangjiajie, Provinsi Hunan, yang merupakan titik utama infeksi COVID-19 dalam wabah terbaru, 20 pejabat dan pemegang jabatan publik dihukum karena lamban mereka dalam menangani gejolak tersebut.

Daftar panjang hukuman termasuk pejabat kabupaten, staf manajemen rumah sakit, staf sektor pariwisata dan personel terkait dengan pertunjukan pertunjukan lokal untuk turis. Pertunjukan tersebut menyebabkan penyebaran virus secara besar-besaran ke setidaknya delapan provinsi dan wilayah di seluruh China.

china
Ilustrasi COVID-19 di China. (Wikimedia Commons/Walter Grassroot)

Dua kota lain yang dilanda epidemi, Zhengzhou di Provinsi Henan, China Tengah, dan Yantai di Provinsi Shandong, China Timur, juga mengumumkan tindakan disipliner terhadap pejabat dan personel yang dinilai tidak efektif, dalam tanggung jawab manajemen dan pengawasan ulang terhadap pencegahan serta pengendalian epidemi.

Sebelumnya, Fu Guirong, sekretaris kelompok Komisi Kesehatan Zhengzhou, dicopot dari jabatannya. Penanggung Jawab Rumah Sakit Rakyat Keenam Zhengzhou, rumah sakit yang ditunjuk untuk perawatan kedatangan luar negeri yang terinfeksi COVID-19, juga dicopot dari jabatannya. Pengumuman hukuman dilakukan pada 31 Juli, satu hari setelah kasus pertama dilaporkan di Zhengzhou.

Komisi Kesehatan Zhengzhou didesak untuk melakukan penyesuaian manajemen rumah sakit setelah banyak pasien COVID-19 yang dikonfirmasi dan tanpa gejala di kota itu ditemukan terkait dengan rumah sakit, termasuk staf kebersihan, staf medis, pasien rawat inap, dan pendamping mereka.

Sementara, Bupati Laishan di Yantai juga diberhentikan karena gagal memenuhi pencegahan dan pengendalian epidemi. Yantai meluncurkan putaran kedua pengujian asam nukleat seluruh kota pada Hari Sabtu.

Terpisah, Wakil kepala Sekolah Kesehatan Masyarakat Universitas Peking Wang Peiyu mengatakan, wabah yang dimulai di Nanjing dan menyebar dengan cepat ke beberapa provinsi telah menunjukkan celah dalam pekerjaan pengendalian epidemi di beberapa tempat, seperti bandara, mengungkap kesalahan dan penyimpangan dari beberapa individu yang memegang jabatan penting dalam pekerjaan anti-epidemi secara keseluruhan.

"Wabah ini adalah peringatan bagi kita semua, virus dapat meluncur kapan saja ketika kita melonggarkan kendali. Kita harus selalu memperketat rangkaian pencegahan epidemi," tukasnya.

Sebelumnya, terkait dengan penyebaran varian Delta di China, otoritas Wuhan melakukan tes COVID-19 terhadap 12 juta penduduknya sejak Selasa pekan lalu, setelah mengonfirmasi kasus pertama varian yang sangat menular tersebut.

"Untuk memastikan bahwa semua orang di kota aman, pengujian asam nukleat di seluruh kota diluncurkan untuk semua orang untuk sepenuhnya menyaring hasil positif dan infeksi tanpa gejala," jelas pejabat Wuhan Li Qiang, mengutip Reuters 3 Agustus.

Mengutip Xinhua, Minggu 8 Agustus, hingga Sabtu pekan lalu Wuhan telah mencatat 37 kasus COVID-19 yang ditularkan secara lokal dan menemukan 41 pembawa asimptomatik lokal pengujian massal.