JAKARTA - Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel Itamar Ben-Gvir ancam keluar dari kabinet pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, jika ia menyetujui gencatan senjata Gaza dan kesepakatan pembebasan sandera yang sedang dinegosiasikan dalam perundingan di Qatar.
Ben-Gvir, yang kepergiannya tidak akan menjatuhkan pemerintahan PM Netanyahu, mendesak Menteri Keuangan Bezalel Smotrich untuk bergabung dengannya dalam upaya terakhir untuk mencegah kesepakatan gencatan senjata, yang ia gambarkan sebagai penyerahan diri yang berbahaya kepada Hamas.
"Langkah ini adalah satu-satunya kesempatan kita untuk mencegah pelaksanaan (kesepakatan) itu, dan mencegah Israel menyerah kepada Hamas, setelah lebih dari setahun perang berdarah, di mana lebih dari 400 tentara IDF (Israel Defense Forces) gugur di Jalur Gaza, dan untuk memastikan bahwa kematian mereka tidak sia-sia," cuit Ben-Gvir di X, dilansir dari Reuters 14 Januari.
"Tahun lalu, dengan menggunakan kekuatan politik kami, kami berhasil mencegah kesepakatan ini terus berlanjut, berkali-kali," tulisnya, dilansir dari The Times of Israel.
Namun, ia mengatakan saat ini tidak memiliki kekuatan untuk menghentikan kesepakatan tersebut, karena PM Netanyahu memperluas koalisi dengan bergabungnya Partai Harapan Baru Gideon Sa’ar.
Sebelumnya, Smotrich mengatakan pada Hari Senin, ia menolak kesepakatan itu tetapi tidak mengancam akan menghentikan koalisi Netanyahu.
Mayoritas menteri diperkirakan akan mendukung kesepakatan gencatan senjata bertahap, yang merinci penghentian pertempuran dan pembebasan sandera.
Ben-Gvir menggemakan pernyataan Smotrich, yang mengatakan pada Hari Senin, Israel harus melanjutkan kampanye militernya di Gaza hingga kelompok militan Palestina Hamas menyerah sepenuhnya, yang serangannya pada tanggal 7 Oktober 2023 menyebabkan perang.
Sekitar 1.200 orang tewas dalam serangan Hamas tahun 2023 terhadap Israel dan lebih dari 250 orang lainnya disandera, menurut penghitungan Israel.
BACA JUGA:
Sementara, otoritas kesehatan Gaza mengonfirmasi pada Hari Selasa, jumlah korban tewas Palestina sejak konflik terbaru pecah telah mencapia 46.645 orang, sementara korban luka-luka 110.012 orang, mayoritas perempuan dan anak-anak.
Diketahui, Amerika Serikat, Qatar dan Mesir telah memediasi kesepakatan gencatan senjata dan kesepakatan dapat segera tercapai, kata para pejabat.
Kemarin, kelompok militan Palestina Hamas dan Israel telah menerima draf akhir kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera dengan tahanan untuk mengakhiri konflik terbaru yang telah berlangsung selama 15 bulan.