JAKARTA - Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat Jake Sullivan mengatakan Hamas telah melihat 'neraka' setiap hari, saat Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump mengancam 'neraka' akan pecah di Gaza, Palestina jika seluruh sandera Israel belum dibebaskan sebelum pelantikannya.
"Saya dikejutkan oleh frasa ini tentang ‘semua neraka harus dibayar’ atau ‘semua neraka akan pecah’ karena jika Anda seorang pejuang Hamas yang tinggal di Gaza, saya pikir akan adil untuk mengatakan bahwa Anda telah melihat neraka menghujani Anda selama (15) bulan," kata Sullivan dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg, dikutip dari The Times of Israel 14 Januari.
Dia menunjuk pada "penghancuran total batalion Hamas" oleh Israel, pembunuhan terhadap pimpinan tertinggi Hamas di Gaza dan penurunan signifikan jaringan militer kelompok teror itu.
"Jumlah kekuatan senjata dan tekanan militer yang diberikan kepada Hamas cukup dramatis selama (15) bulan terakhir, dikombinasikan dengan periode transisi yang semakin dekat dari satu presiden ke presiden lainnya, telah menciptakan keadaan di mana kita bisa mencapai kesepakatan," kata Sullivan.
Sebelumnya, Trump telah mengultimatum agar seluruh sandera di Gaza dibebaskan sebelum pelantikannya pada 20 Januari mendatang.
Dalam konferensi pers di resor Mar-a-Lago miliknya di Palm Beach, Florida pekan lalu Trump menegaskan kembali ancamannya, 'neraka aka pecah' di Timur Tengah jika seluruh sandera di Gaza tidak dibebaskan sebelum pelantikannya.
"Neraka akan pecah di Timur Tengah, dan itu tidak akan baik bagi Hamas, dan itu tidak akan baik — terus terang — bagi siapa pun," kata Trump.
"Saya tidak perlu mengatakannya lagi, tetapi itulah kenyataannya," kata Trump, dikutip dari CNN, seraya menambahkan "seharusnya tidak pernah terjadi" serangan Hamas terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober.
SEE ALSO:
Ketika ditanya apakah batas waktu 20 Januari yang didorong oleh mediator AS, Qatar dan Mesir efektif dalam menggerakkan negosiasi, ajudan utama Presiden Joe Biden itu mengindikasikan memang demikian.
Sullivan mengatakan, tak lama setelah pemilihan presiden November, Presiden AS Joe Biden mengarahkan tim keamanan nasionalnya untuk bekerja sama dengan pemerintahan yang akan datang dan memastikan adanya "front persatuan" dalam upaya kesepakatan penyanderaan.
"Ini bukan masalah partisan. Ini masalah Amerika untuk mengeluarkan sandera kami, dan semua sandera, mengakhiri pertempuran, dan meningkatkan bantuan kemanusiaan ke Gaza," katanya.