Bagikan:

JAKARTA - Donald Trump mengatakan pada Hari Rabu, Presiden terpilih Amerika Serikat itu akan menggunakan kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza sebagai momentum untuk memperluas Perjanjian Abraham, perjanjian yang didukung AS yang dicapai selama masa jabatan pertama presiden terpilih yang menormalisasi hubungan Israel dengan beberapa negara Arab.

Trump, yang berulang kali mengancam akan ada "neraka yang harus dibayar" jika para sandera tidak dibebaskan sebelum pelantikannya pada tanggal 20 Januari, mengatakan Ia "sangat senang para sandera Amerika dan Israel akan kembali ke rumah", melansir Reuters 16 Januari.

"Dengan kesepakatan ini, tim Keamanan Nasional saya, melalui upaya Utusan Khusus untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, akan terus bekerja sama dengan Israel dan Sekutu kami untuk memastikan Gaza TIDAK PERNAH lagi menjadi tempat berlindung teroris," tulis Trump di platform Truth Social miliknya.

Ia mengatakan akan memanfaatkan momentum gencatan senjata untuk memperluas Perjanjian Abraham, yang menormalisasi hubungan Israel dengan Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko dan Sudan.

Diberitakan sebelumnya, negosiator mencapai kesepakatan bertahap pada Hari Rabu untuk mengakhiri perang di Gaza antara Israel dan Hamas setelah 15 bulan konflik sejak 7 Oktober 2023, mengobarkan ketegangan di Timur Tengah.

Kesepakatan tersebut mencakup pembebasan bertahap para sandera yang ditangkap oleh militan yang dipimpin Hamas, dengan imbalan warga Palestina yang ditahan di penjara Israel.

Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani mengatakan akan ada "mekanisme tindak lanjut" yang terdiri dari perwakilan dari Amerika Serikat, Qatar dan Mesir yang akan berkantor pusat di Kairo, bertanggung jawab untuk memantau pelaksanaan perjanjian pembebasan sandera dan gencatan senjata.

Mekanisme tersebut diharapkan akan berlaku pada Hari Minggu saat gencatan senjata dimulai, kata Al Thani dalam konferensi pers yang mengumumkan kesepakatan tersebut, dilansir dari The Times of Israel.

Konflik terbaru di Gaza pecah pada 15 Oktober 2023, saat kelompok militan Palestina yang dipimpin Hamas menyerang wilayah selatan Israel, menyebabkan 1.200 orang tewas dan 250 lainnya menjadi sandera, menurut perhitungan Israel.

Kemarin, otoritas medis di Gaza mengonfirmasi, jumlah korban tewas Palestina sejak konflik pecah telah mencapai 46.707 orang dan korban luka-luka 110.265 orang, mayoritas anak-anak dan perempuan, dikutip dari WAFA.