UEA dan Bahrain Sah Normalisasi dengan Israel, Keduanya Punya Alasan Sama: Melawan Iran
AS, UEA, Bahrain, dan Israel dalam penandatanganan perjanjian normalisasi (Sumber: Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain telah menandatangani perjanjian normalisasi hubungan dengan Israel. Kedua negara tersebut menjadi negara Arab pertama dalam seperempat abad yang melanggar hal tabu ini. UEA dan Bahrain memiliki alasan sama dalam normalisasi hubungan dengan Israel. Keduanya sama-sama ingin melawan Iran.

Melansir Reuters, Rabu, 16 September, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menjadi tuan rumah upacara penandatanganan di Gedung Putih. Di depan kerumunan beberapa ratus orang di halaman Gedung Putih, Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu menandatangani perjanjian dengan Menteri Luar Negeri UEA Sheikh Abdullah bin Zayed al-Nahyan dan Menteri Luar Negeri Bahrain Abdullatif Al Zayani.

Trump percaya negara Teluk Arab selanjutnya yang akan segera normalisasi hubungan dengan Israel adalah Arab Saudi. Ia yakin Arab Saudi mencapai kesepakatan dengan Israel "pada waktu yang tepat." Kabinet Arab Saudi dalam pernyataannya menekankan perlunya "solusi yang adil dan komprehensif" untuk masalah Palestina.

Arab Saudi adalah kekuatan Teluk Arab terbesar. Rajanya adalah penjaga situs paling suci umat Islam dan memerintah eksportir minyak terbesar di dunia. Terlepas dari keengganannya, persetujuan diam-diam kerajaan terhadap perjanjian mungkin saja bisa terjadi.

Sejarah besar

Upacara penandatanganan tersebut memberi Trump gambaran yang berharga ketika dia mencoba untuk mempertahankan kekuasaan dalam pemilihan presiden pada 3 November. Bendera AS, Israel, UEA, dan Bahrain terlihat berkibar seakan menunjukkan kekuatan dan kebanggaan.

"Kami di sini, siang ini, untuk mengubah arah sejarah," kata Trump dari balkon Gedung Putih.

Trump menyebut kesepakatan itu sebagai langkah besar di mana orang-orang dari semua agama dan latar belakang hidup bersama dalam damai dan kemakmuran. Ia juga menambahkan bahwa tiga negara Timur Tengah "akan bekerja sama karena mereka berteman."

Menyatukan Israel, UEA, dan Bahrain mencerminkan keprihatinan bersama mereka tentang meningkatnya pengaruh Iran di kawasan Timur Tengah dan pengembangan rudal balistiknya. Ketiga pemimpin Timur Tengah itu memuji perjanjian tersebut dan peran Trump yang cemerlang, Netanyahu mengatakan hal itu memberi harapan kepada "semua orang Abraham."

Pejabat UEA dan Bahrain masih sama-sama berusaha meyakinkan orang-orang Palestina bahwa negara mereka tidak pernah meninggalkan Palestina atau upaya mereka untuk menjadi kenegaraan di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Meski demikian Kepemimpinan Palestina telah mengecam kesepakatan itu sebagai pengkhianatan terhadap tujuan mereka.

Sebagai tanda bahwa perselisihan regional pasti akan berlanjut sementara konflik Israel-Palestina tetap tidak terselesaikan, militan Palestina menembakkan roket dari Gaza ke Israel selama upacara tersebut, kata militer Israel. Layanan ambulans Magen David Adom Israel mengatakan paramedis merawat dua pria karena luka ringan akibat pecahan kaca di Ashdod. Sementara empat lainnya mengalami syok.

"Ini bukan perdamaian, ini adalah penyerahan sebagai imbalan atas kelanjutan agresi," unggahan di akun Twitter Organisasi Pembebasan Palestina. “Tidak akan ada perdamaian sebelum Palestina merdeka.”

Kepemimpinan Palestina telah lama menuduh Trump pro-Israel dan mengecam pemulihan hubungan Arab dengan Israel. Selain itu meskipun negosiasi Israel-Palestina gagal pada 2014, beberapa negara Teluk Arab dan beberapa negara Arab lainnya telah lama melakukan kontak informal yang tenang dengan Israel.

Target lain dari rencana AS selain Arab Saudi adalah Oman, yang pemimpinnya berbicara dengan Trump pekan lalu. Oman bahkan mengirim duta besarnya ke upacara penandatanganan, kata seorang pejabat senior AS. Namun tidak ada perwakilan Arab Saudi yang hadir.