Bagikan:

MANADO - Bencana tanah longsor di Desa Wanga, Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel), Sulawesi Utara menelan korban jiwa. Terdapat dua korban dilaporkan meninggal dunia pada Rabu, 29 Januari sekitar pukul 12.00 WITA.

"Tanah longsor terjadi secara tiba-tiba. Kebetulan dua korban lagi berada di kios atau warung dan tidak sempat melarikan diri," kata mantan Kepala Desa Wanga Frangky Pondaag mengutip ANTARA.

Dua warga yang teridentifikasi meninggal, yakni Nikita Pantow (21) dan Majesty Momongan (10). Sementara pemilik kios yang menjual sejumlah kebutuhan tersebut adalah keluarga Pantow-Jacob dan keluarga Kessek-Lumantow.

Akibat longsor yang terjadi di jalur trans-provinsi yang menghubungkan Kabupaten Minsel dan Kota Manado itu, masih tertutup dan tidak bisa dilewati semua jenis kendaraan.

Ketika longsor terjadi, katanya, masyarakat di Desa Wanga serta aparat Pemerintah Kecamatan Motoling Barat, Kepolisian dan Koramil, langsung melakukan pencarian korban meski membutuhkan waktu hingga dua jam lebih.

Pemerintah Kabupaten Minsel setelah mendapatkan informasi tersebut langsung menurunkan dua unit alat berat untuk membersihkan material longsor di jalur trans-provinsi, sekaligus meminta kepada warga untuk berhati-hati dengan dampak tanah longsor lainnya.

"Di Kabupaten Minsel beberapa hari ini mengalami curah hujan sedang hingga cukup tinggi, warga harus mengantisipasi potensi atau dampak bencana," kata Bupati Minsel Frangky Wongkar.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengajak masyarakat dan pemerintah daerah mewaspadai cuaca ekstrem di wilayah Sulawesi Utara hingga 30 Januari.

"Kami mengimbau masyarakat dan pemerintah di Sulawesi Utara agar tetap waspada terhadap hujan dengan intensitas sedang-lebat disertai kilat/petir dan angin kencang," kata Kepala Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi Manado Dhira Utama.

Imbauan tersebut sebagai tindakan antisipasi bencana hidrometeorologi berupa genangan air, banjir, tanah longsor, dan pohon tumbang. Selain itu, juga untuk menghindari aktivitas, terutama di wilayah rawan bencana.

Dia berharap masyarakat terus memonitor informasi perkembangan cuaca dan peringatan dini cuaca dari BMKG Sam Ratulangi Manado secara lebih rinci dan detail untuk tiap kelurahan di seluruh wilayah Sulawesi Utara melalui kanal-kanal informasi BMKG yang terverifikasi.

Dhira mengatakan berdasarkan analisa dinamika atmosfer terpantau berbagai fenomena atmosfer yang memengaruhi cuaca di wilayah Sulawesi Utara, antara lain nilai anomali Outgoing Longwave Radiation (OLR) menunjukkan anomali negatif dan prakiraan spasial Madden Julian Oscillation (MJO) yang bergerak melewati wilayah Sulawesi Utara turut memperkuat peningkatan aktivitas konvektif.

Sementara faktor penunjang lain, yaitu terbentuknya pola belokan angin (shearline), kondisi labilitas atmosfer dalam kondisi labil dan kelembaban udara yang tinggi mendukung pertumbuhan awan hujan semakin intensif.

"Kombinasi dari fenomena-fenomena tersebut membentuk kondisi atmosfer yang mendukung terjadinya hujan dengan intensitas sedang-lebat dalam durasi yang lama disertai kilat/petir dan angin kencang," ujarnya.

Kondisi cuaca ekstrem diperkirakan terjadi di Kota Manado, Kota Bitung, Kota Tomohon, Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Bolaang Mongondow, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Kabupaten Kepulauan Sitaro, Kabupaten Kepulauan Sangihe, dan Kabupaten Kepulauan Talaud.