Hasan Rouhani: Iran Bisa Memperkaya Uranium hingga 90 Persen
Fasilitas nuklir Bushehr milik Iran. (Wikimedia Commons/Tasnim News Agency/Hossein Heidarpour)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Iran Hasan Rouhani mengatakan negaranya bisa memperkaya uranium hingga kemurnian 90 persen, tingkat senjata, jika reaktor nuklirnya membutuhkan. 

Namun, pada saat yang sama Ia juga menggaris bawahi, Iran masih membuka komunikasi untuk kembali pada Kesepakatan Nuklir 2015, membatasi aktivitas nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi. 

"Organisasi Energi Atom Iran dapat memperkaya uranium sebesar 20 persen dan 60 persen dan jika suatu hari reaktor kami membutuhkannya, itu dapat memperkaya uranium hingga kemurnian 90 persen," kata Presiden Hassan Rouhani dalam rapat kabinet, kantor berita semi-resmi Mehr melaporkan, seperti dikutip Reuters Rabu 14 Juli.

Kesepakatan nuklir membatasi kemurnian fisil, di mana Teheran dapat memurnikan uranium pada 3,67 persen, jauh di bawah 20 persen yang dicapai sebelum perjanjian dan jauh di bawah 90 persen yang cocok untuk senjata nuklir. Kendati, Iran telah lama membantah niat mengembangkan senjata nuklir.

Iran telah melanggar kesepakatan dalam beberapa cara setelah Amerika Serikat menarik diri dari perjanjian pada 2018, termasuk dengan memproduksi uranium yang diperkaya hingga 20 persen dan 60 persen.

Rouhani, yang akan menyerahkan kursi kepresidenan kepada presiden terpilih Ebrahim Raisi pada 5 Agustus, secara implisit mengkritik para pembuat keputusan utama Iran, karena tidak mengizinkan pemerintahnya menghidupkan kembali kesepakatan nuklir selama masa jabatannya.

"Mereka mengambil kesempatan untuk mencapai kesepakatan dari pemerintah ini. Kami menyesal melewatkan kesempatan ini," tutur Rouhani dikutip kantor berita negara IRNA.

Untuk diketahui, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, memiliki keputusan terakhir tentang semua masalah negara seperti kebijakan nuklir.

Seperti Khamenei, Raisi telah mendukung pembicaraan tidak langsung antara Teheran dan Washington, yang dimulai pada 9 April di Wina, Austria yang bertujuan untuk membawa kembali Amerika Serikat agar sepenuhnya mematuhi kesepakatan tersebut. 

Amerika Serikat keluar dari kesepakatan itu tiga tahun lalu, mengatakan itu bias mendukung Iran, dan menerapkan kembali sanksi yang melumpuhkan terhadap Iran pada masa kepemimpinan Donald Trump.

Namun, Pembicaraan di Wina ditunda pada 20 Juni dan belum ada tanggal yang ditetapkan untuk putaran negosiasi berikutnya. Pejabat Iran dan Barat mengatakan, masih ada kesenjangan yang signifikan masih harus diselesaikan.