Laporan IAEA Tunjukkan Iran Memiliki Cukup Uranium untuk Sebuah Bom Nuklir
Ilustrasi reaktor Nuklir Arak Iran. (Wikimedia Commons/Nanking2012)

Bagikan:

JAKARTA - Stok uranium Iran yang diperkaya hingga 60 persen, mendekati tingkat senjata, telah berkembang menjadi cukup, jika diperkaya lebih lanjut, untuk sebuah bom nuklir, sebut laporan oleh pengawas nuklir PBB pada hari Rabu.

Melewati ambang batas itu adalah tonggak sejarah dalam penguraian Kesepakatan Nuklir 2015 antara Iran dan kekuatan dunia, yang membatasi kemurnian yang diizinkan Iran untuk memperkaya uranium pada 3,67 persen, jauh di bawah 20 persen yang dicapai sebelum kesepakatan dan sekitar 90 persen yang merupakan tingkat senjata.

Penarikan Washington dari Kesepakatan Nuklir 2015 di bawah Presiden Donald Trump saat itu, diikuti penerapan kembali sanksi terhadap Teheran yang telah dicabut berdasarkan kesepakatan itu, mendorong Teheran untuk melanggar pembatasan nuklir kesepakatan.

"Iran sekarang dapat menghasilkan 25 kg (uranium) pada 90 persen jika mereka mau," kata seorang diplomat senior dalam menanggapi laporan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Hari Rabu yang dilihat oleh Reuters, ketika ditanya apakah Iran memiliki cukup bahan yang diperkaya hingga 60 persen untuk satu bom, seperti dikutip 8 September.

Laporan itu mengatakan, stok uranium Iran diperkaya hingga 60 persen dan dalam bentuk uranium hexafluoride, gas yang memperkaya sentrifugal, diperkirakan 55,6 kg, meningkat 12,5 kg dari laporan triwulanan sebelumnya.

Iran akan membutuhkan kira-kira tiga hingga empat minggu untuk menghasilkan bahan yang cukup untuk membuat bom jika diinginkan, kata diplomat itu, seraya menambahkan bahwa IAEA akan membutuhkan dua hingga tiga hari untuk mendeteksi pergerakan ke arah itu. Iran membantah berniat melakukannya.

Diketahui, pembicaraan tidak langsung antara Iran dan Amerika Serikat hanya membuat kemajuan tersendat untuk memulihkan kembali Kesepakatan Nuklir 2015, yang akan membuat banyak sentrifugal canggih yang sekarang digunakan Iran offline, karena kesepakatan itu hanya memungkinkannya untuk memperkaya dengan sentrifugal IR-1 generasi pertama.

Kesepakatan yang dihidupkan kembali juga akan memangkas stok uranium yang diperkaya ke berbagai tingkat, saat ini sekitar empat ton, kembali ke batas kesepakatan sebesar 202,8 kg.

Badan-badan intelijen AS dan IAEA percaya bahwa Iran memiliki program senjata nuklir rahasia dan terkoordinasi yang dihentikan pada tahun 2003.

Namun, Iran menegaskan tidak pernah memiliki program seperti itu. Sebagian besar situs diperkirakan berasal dari sekitar tahun 2003 atau sebelumnya.